Turrus Diyati1, Sa’adi2
UIN Salatiga, Indonesia
turrusdiyati0107@gmail.com1, saadi@uinsalatiga.ac.id2
Diserahkan tanggal 25 Januari 2023| Diterima tanggal 25 Februari 2023 | Diterbitkan tanggal 28 Februari 2023
Abstract:
This study investigates the implementation of the Islamic moderation values (Wasathiyah), specifically discipline (Istiqamah) and patriotism (Hubb al-Watan), at MAN Salatiga via scout programs. The research seeks to describe these values, analyze supporting and hindering factors, and identify solutions. Data collection employed triangulation techniques, including observation, documentation, and interviews with school administrators, curriculum officials, scout mentors, and students. Data analysis utilized presentation, selection, and analysis techniques. The results show that Islamic moderation values (Wasathiyah) are implemented through various methods: lectures, role-modeling, habituation, counseling, rewards, and punishment. Patriotic and disciplinary activities include morning assemblies, prayer sessions, Quran recitation, national anthem singing, and Pancasila recitation. Supporting factors include adequate school facilities, collaborative relationships among teachers, parents, community members, and students, as well as institutional support for scout activities, fostering discipline and patriotism among students.
Keywords: Islamic Moderation (Wasathiyah Islam); Character Education; Discipline; Patriotism,
Abstra :
Tulisan ini mengkaji tentang penerapan nilai wasathiyah (moderasi) Islam Istiqamah (disiplin) dan Hubb al – Watan (sikap patriotisme) di MAN Kota Salatiga melalui kegiatan pramuka . Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan nilai-nilai wasathiyah Islam tersebut, juga untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat, serta menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Data dikumpulkan melalui teknik triangulasi sumber data berupa observasi lokasi, dokumentasi, dan wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala bidang kurikulum, Pembina pramuka dan Peserta didik. Kemudian data dianalisis melalui teknik penyajian data, seleksi data, dan analisis data. Sebagai temuannya adalah bahwa implementasi nilai wasathiyah (moderasi) Islam Istiqamah (disiplin) dan Hubb al – Watan (sikap patriotisme) di MAN Kota Salatiga adalah melalui berbagai macam metode diantaranya adalah metode ceramah, keteladanan, pembiasaan, nasehat, serta metode reward dan punishment . Melalui kegiatan pembiasaan senyum sapa, dan salam, kegiatan apel pagi, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, pembiasaan murajaah juz 30, membaca al-asma al-husna setiap pagi, kegiatan salat duha, salat zuhur berjamaah, kajian Jumat, pembiasaan penggunaan produk dalam negeri, pembiasaan bersorak dengan rapi sebelum kegiatan, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia, melafalkan Pancasila, serta melalui kegiatan pramuka yang dilakukan setiap hari Jumat. Adapun faktor pendukung keberhasilan implementasi nilai wasathiyyah Islam Istiqamah (disiplin) dan Hubb al-Wathan (sikap patriotisme) adalah fasilitas sekolah yang memadahi, kerjasama yang baik antara guru, orang tua, masyarakat, dan peserta didik dalam mewujudkan sikap persatuan dan kesatuan, serta dukungan penuh dari sekolah dalam mendukung kegiatan pramuka sebagai wadah pembentukan karakter disiplin dan cinta tanah air (patriotisme) pada peserta didik sehingga tertanamlah karakter yang luhur tersebut pada setiap diri peserta didik.
Kata kunci : Islam Wasathiyah; Pendidikan Karakter; Disiplin; Patriotisme
PENDAHULUAN
Manusia adalah ciptaan Allah swt. yang paling mulia dibandingkan mahluk lain, karena manusia dibekali akal dan perasaan dalam menjalani kehidupan selama manusia hidup di dunia. Sejarah peradaban manusia selalu membawa kehidupan yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai macam pengaruh globalisasi yang setiap harinya mengalami perubahan yang sangat mudah diterima oleh warga negara Indonesia. Untuk menghadapi setiap tantangan yang ada, manusia memerlukan bekal ilmu dan agama agar mereka dapat menyaring hal yang baik dan buruk sebagai pengaruh arus globalisasi. Manusia perlu menganalisis secara kritis setiap hal yang mereka terima dengan penuh tanggung jawab dan kedisiplinan agar mereka dapat mengambil pembelajaran di setiap fase kehidupan. Pendidikan menjadi suatu kebutuhan penting dalam hidup sehingga perlu diperhatikan dan diutamakan (Luthfiyah & Zafi, 2021: 520-521).
Dalam memahami sejarah kehidupan, manusia tidak akan pernah lepas dari ruang dan waktu serta selalu berhubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya. Manusia adalah makhluk individu dan sosial yang saling membutuhkan antar sesama. Wasathiyah Islam mengedepankan kehidupan yang damai, tasamuh , harmonis, adil, tertib aturan, disiplin dan sebagainya. Di sama pentingnya penerapan nilai-nilai wasathiyah Islam dalam kehidupan, apalagi mengingat bahwa negara Indonesia sangat majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama yang berbeda-beda. Masyarakat yang tinggal di negara Indonesia memiliki berbagai macam cara dalam melakukan interaksi sosial, sehingga nilai tasamuh antar umat beragama merupakan suatu mekanisme sosial yang dilakukan manusia dalam menyikapi keragaman dan pluralitas agama (Ika Fatmawati, 2013: 15).
Indonesia dengan keberagaman budaya dan agama, kesulitan pada kompleksitas dalam menjaga keharmonisan sosial. Sebagai negara yang multikultural, Indonesia harus mengatasi berbagai tantangan untuk mencapai keharmonisan sosial.
Kondisi semacam ini menjadikan Indonesia harus bisa mewadahi segala aspek yang berkenaan dengan ras, suku, dan agama sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28E. Wasathiyah Islam bertujuan untuk menengahi serta mengajak kedua kutub ekstrem yang berlebihan dalam beragama untuk bergerak ke tengah. Islam Wasathiyah mengajak kembali kepada esensi ajaran agama yang memanusiakan manusia. Orang yang ekstrem sering terjebak dalam praktik beragama atas nama Tuhan. Mereka menjalankan agama hanya untuk membela keagungan-Nya saja, namun mengesampingkan aspek kemanusiaan. Pemahaman dan pengamalan keagamaan bisa diukur secara berlebihan jika seseorang melanggar tiga hal yaitu nilai kemanusiaan, kesepakatan bersama dan kesepakatan umum (Aziz & Anam, 2021: 22).
Wasathiyyah Islam hadir sebagai nilai ajaran Islam yang moderat, tidak mengagungkan sikap fatatisme, ekstrimisme, serta meminimalisir terjadinya intimidasi dan teorisme. Wasathiyah Islam cinta dengan kedamaian, keharmonisan, persatuan dan kesatuan terhadap sesama umat manusia, tidak menginginkan adanya suatu konflik serta tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Dengan adanya pemikiran tentang wasathiyah Islam semoga dapat mendorong manusia untuk menjadi seseorang yang selalu berpikir positif baik kepada Tuhannya maupun makhluk hidup yang lain.
Menanamkan nilai-nilai wasathiyah Islam di sekolah-sekolah menengah seperti di MAN Kota Salatiga sangatlah penting karena melihat Kota Salatiga adalah kota dengan beragam kepercayaan yang ada, Kota Salatiga sangat terkenal dengan sebutan kota yang tasamuh dalam beragama karena masyarakat yang tinggal di kota ini sangatlah beragam baik dari latar belakang budaya maupun dari kepercayaannya. Namun yang membuat peneliti kagum dengan Kota Salatiga adalah masayarakatnya terkenal dapat hidup harmonis dan bahagia meskipun berbeda kepercayaan dan keyakinan mereka tetap saling menghormati dan menghargai. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan yang ada, perlu kedisiplinan dan rasa cinta tanah air (hubb al-wathan) pada setiap diri manusia agar mereka dapat mencintai dan menghargai sesama serta dapat mewujudkan negara yang wasathiyah.
Tujuan spesifik dari implementasi nilai wasathiyah Islam di Kota Salatiga terutama bagi seorang murid adalah agar mereka memiliki karakter tawassuth, tawazun, i’tidal, dan tasamuh, meningkatkan kesadaran akan pentingnya musyawarah dan syura, mengembangkan sikap toleran dan menghargai keberagaman, membentuk karakter yang berintegritas dan bertanggung jawab, meningkatkan kesadaran akan peningnya ishlah dan perbaikan diri, serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Selain itu, manfaat dari implementasi nilai wasathiyah Islam dalam masa mendatang adalah berguna untuk membangun generasi yang berakhlak mulia dan berpikiran moderat, meningkatkan kualitas kehidupan berbangsa dan bernegara, membangun masyarakat yang harmonis dan berkeadilan, mengurangi konflik dan intoleransi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersamaan dan kegotongroyongan, serta dapat meningkatkan rasa cinta tanah air, disiplin dan bertanggung jawab dalam mengharumkan nama baik bangsa dan negara Indonesia (Ratmi, 2024: 9).
Nilai wasathiyah Islam khususnya cinta tanah air (hubb al-wathan), merupakan pondasi penting bagi generasi muda Indonesia. Nilai ini dapat memperkuat kesadaran dan komitmen terhadap negara, serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam konteks globalisasi, cinta tanah air (hubb al-wathan) menjadi benteng keamanan dan keutuhan bangsa terhadap ideologi asing yang tidak selaras dengan jati diri Indonesia. Globalisasi saat ini membawa dampak yang signifikan terhadap masyarakat Indonesia, membuat beberapa kalangan menganggap cinta tanah air sebagai konsep yang ketinggalan zaman. Selain itu, pada penelitian Denny JA tahun 2018 mengungkapkan penurunan dukungan terhadap Pancasila sebagai dasar negara. Fenomena ini menimbulkan tantangan besar yang memerlukan penanganan dengan sikap yang arif dan bijak untuk mencegah perpecahan dan menggoncang stabilitas negara. Perlu adanya sikap disiplin dan tanggung jawab dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagi generasi penerus bangsa memiliki karakter disiplin dapat mengantarkan seseorang menjadi manusia yang bijak dan penuh akan keberhasilan dalam menggapai cita (Ali & Wulandari, 2023: 93).
Karakter disiplin merupakan nilai penting yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan. Fenomena melanggar tata tertib sekolah kini sudah tidak asing lagi dilakukan oleh seorang murid bahkan mulai dari tingkat dasar seperti tidak mengerjakan PR tepat waktu, tidak mengenakan atribut sekolah lengkap, terlambat masuk kelas, budaya mencontek, melawan guru, membuang sampah sembarangan, berkata kasar, membolos, membuat kegaduhan kelas menajadi salah satu bukti bahwa karakter disiplin pada siswa sangat penting untuk dilakukan sejak berada di jenjang sekolah dasar (Marthasari & Kurniawan, 2022: 7).
Artikel ini bertujuan untuk membedah fenomena disiplin dan cinta tanah air (patriotisme) dalam relasi umat beragama di Kota Salatiga pada lembaga penidikan dasar, mendeskripsikan implementasi nilai-nilai tersebut dengan wasathiyah Islam, menganalisis faktor pendukung dan penghambat, serta menemukan solusi dari permasalahan yang ada.
Teori-teori
- Penelitian terdahulu
Saidah, (2024) meneliti tentang Implementasi Wasathiyah Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa wasathiyah di Perguruan Tinggi Umum merupakan hal yang harus dimasukkan dalam kegiatan pembelajaran PAI sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang wasathiyah Islam. Perbedaannya adalah penelitian ini masih membahas tentang nilai wasathiyah Islam secara umum di perguruan tinggi umum, sedangkan penelitian ini membahas tentang implementasi wasatiyah islam di tingkat sekolah menengah (MAN).
Rendi Marta Agung, Sumiyatun Septianingsiha, dan Ipong Jazimaha (2023) juga melakukan penelitian dengan judul Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Tanah Air Dalam Pembelajaran Sejarah. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, yang bertujuan untuk memahami dan mempelajari pengalaman hidup manusia serta mencari hakikat pengalaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang meliputi segala aspek kehidupan. Pembentukan karakter cinta tanah air sangat penting dalam pembangunan bangsa. Nasionalisme dan cinta tanah air mencerminkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap negara dan budaya bangsa. Pendidikan sejarah dianggap sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air pada siswa. Pembelajaran sejarah yang tepat dapat mengembangkan semangat nasionalisme dan cinta pada tanah air. Guru memiliki peran krusial dalam keberhasilan pembelajaran sejarah dan pembentukan karakter cinta tanah air pada siswa. Dengan mengintegrasikan pembelajaran sejarah yang efektif dan pembentukan karakter cinta tanah air, diharapkan siswa akan menjadi warga negara yang berjiwa nasionalis, peduli terhadap bangsa dan negaranya, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Zezen Zainul Ali Syuhada A’lannas (2023) melakukan penelitian Road Map Penanaman Sikap Patriotisme Melalui Nilai Islam Wasatiyah Dalam Al-Qur’an. Penelitian ini akan membahas tentang Road Map atau pedoman dalam usaha pembentukan sikap patriotisme melalui konsep Syuhada’ala Nas sebagai implementasi dari nilai-nilai Islam wasathiyah, sehingga Syuhada’ala Nas dapat menjadi rujukan dalam bersikap dan menjadi contoh teladan yang dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun penelitian ini merupakan penelitian pustaka, data yang digunakan diambil dari beberapa literatur berupa buku, jurnal yang memiliki kesamaan dalam objek kajiannya. Sehingga ditemukan bahwa upaya dalam mengkonstuksi sikap patriotisme telah terkonsep dan diajarkan dalam Islam yakni dalam makna Syuhada’ala Nas dalam surah al-Baqarah: 143, Syuhada’ala Nas memiliki arti kesaksian, sebagaiana seorang saksi harus memiliki nilai-nilai yang adil dan tengah-tengah sebagaimana terdapat dalam nilai Islam wasathiyah. Relevansi antara Islam wasathiyah dan nilai Patriotisme memberikan suatu road map dalam penanaman sikap patriotisme yakni melalui makna Syuhada’ala Nas.
Uswatun Hasanah dan Anni Annisa (2021) dengan judul Penanaman Nilai-Nilai Islam Wasathiy Didalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian kepustakaan dan wawancara langsung dengan beberapa pendidik di beberapa pondok pesantren. Hasil dari penelitian ini, bahwa beberapa kegiatan-kegiatan santri di pondok pesantren, telah banyak mengandung nilai-nilai yang terkandung dalam islam wasathiyah Islam.
Arba Nugraheni, (2013) telah melakukan penelitian dengan judul Analisis buku ajar siswa akidah cinta tanah air dan disiplin kelas X kurikulum 2013 Madrasah Aliyah. Dalam segi metode yang digunakan ialah menggunakan jenis penelitian kajian pustaka (library reseach). Adapun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penilaian dalam buku ajar cinta tanah air dan disiplin kelas X Madrasah Aliyah dalam Kurikulum Merdeka sudah sesuai indikator kelayakan isi buku, karena telah sesuai dengan TP dan ATP pada buku ajar yang berkaitan. Maka secara umum materi telah memenuhi syarat keakuratannya, baik dilihat dari aspek isi maupun rujukan yang digunakan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian historis serta tehnik pengumpulan data, kepustakaan dan tehnik dokumentasi. Tehnik analisis data kualitatif yang digunakan daam penelitian ini yaitu pengumpulan data, reduksi data,penyajian data dan verifikasi data. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , penulis mengambil kesimpulan, bahwa bentuk – bentuk aktivitas pramuka terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas fisik dan aktivitas non – fisik. Sikap patriotisme dan disiplin tampak pada kegiatan berkemah yang dilaksanakan ,PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), baris berbaris,tali temali, permainan dan nyanyian serta aktivitas rohani. Sikap nasionalisme religious yang tergambarkan melalui aktivitas pramuka adalah sikap patriotisme (cinta tanah air ) , kesetiakawanan, mematuhi kebenaran ajaran agama,menunjukkan ayat – ayat Al – Qur’an dan hadits yang mencerminkan simbol – simbol agama.
- Landasan Teori
- Implementasi
Dalam teori yang dikemukakan oleh Jones “Those Activities directed toward putting a program into effect” yang berarti proses mewujudkan suatu program hingga tercapai pada tujuannya. Sedangkan Guntur Setiawan berpendapat bahwa implementasi merupakan perluasan aktivitas yang melibatkan penyesuaian proses interaksi antara tujuan dan dan tindakan untuk mencapainya. Karakteristik dari implementasi adalah memiliki proses yang adaptif dan dinamis, memerlukan perencanaan yang matang, menggunakan sumber daya secara efektif, menghargai komunikasi dan kerjasama, serta mempertimbangkan evaluasi dan perbaikan (Anggraeni, 2019: 17).
- Wasathiyah Islam
Ibnu Faris menyebutkan dalam Mu’jam Maqayis al-Lughah bahwa wasthiyah berasal dari bahasa arab yaitu “wasatha” yang berarti berada diantara dua ujung. Sedangkan huruf waw, siin, dan tha’ berarti adil dan tengah. Maknanya adalah wasathiyah merupakan suatu hal yang penuh dengan keadilan dan kesederhanaan, menghindari ekstrimisme, memiliki nilai-nilai keseimbangan antara agama dan kehidupan, serta merupakan suatu pilihan dengan mengambil jalan tengah sebagai solusi yang terbaik (Sa’idah et al., 2024: 339).
Ibnu ‘Asyur dan al-Thabari memberikan penjelasan makna terkait dengan wasathiyah Islam yang secara etimologis berarti sesuatu yang berada di tengah, sesuatu dengan dua ujung yang seimbang, keseimbangan dan kesederhanaan. Sedangkan secara terminologis, wasathiyah Islam berarti nilai-nilai Islam yang moderat, pola pikir lurus dan pertengahan, tidak berlebihan atau ekstrem, keadilan dan kesabaran serta terintegrasi dalam aspek kehidupan manusia. Al-Thabari juga menegasakan dengan memahami makna dari al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 143 bahwa wasathiyah Islam merupakan jalan yang terpilih dan istimewa, adil dan tidak memihak, komprehensif dan menyeluruh (Trini Diani, 2019: 94).
Melalui definisi diatas dapat kita pahami bahwa Wasatiyah islam adalah Islam yang menjadi wasit, islam yang super, hebat, yang mengatur namun tetap soft (lembut), adil, dan melindungi. Berkontribusi bagi kedamaian dan dan keharmonian dunia. Bersifat moderat yaitu berada di tengah-tengah, tidak radikal dan tidak pula liberal. Konsep wasatiyah ini mengedepankan toleransi antar umat beragama namun dengan komunikasi yang kembut, penuh kasih, dan tidak memaksakan kehendak. seseorang yang telah memahami dan menerapkan nilai-nilai Wasathiyah dalam kehidupannya, ia akan menjadi seseorang yang adil dan dapat menjadi penengah dalam menghadapi permasalahan-permasalahan umat.
Karakteristik dari wasathiyah Islam yaitu menghindari radikalisme dan liberalisme, meningkatkan keharmonisan dan kedamaian, mengedepankan komunikasi yang baik, menghargai keberagaman, serta berperan sebagai penengah dalam menghadapi suatu konflik. Manfaat dari wasathiyah Islam yaitu dapat membangun masyarakat yang harmonis, mengurangi konflik dan kekerasan, meningkatkan kesadaran akan kebijaksanaan, mengembangkan karakter yang adil dan bijak, membuat Islam menjadi contoh yang teladan dalam sikap mencintai tanah air dan disiplin dalam kehidupan sehingga penting adanya implementasi nilai wasathiyah Islam sejak berada pada jenjang pendidikan dasar.
- Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan perasaan bangga, memiliki, menghargai, menghormati dan loyalitas terhadap bangsa dan negara. Cinta tanah air mencakup nilai dasar kebanggan yaitu menghargai sejarah dan kebudayaan negara Indonesia, nilai dasar kepemilikan yaitu merasa bertanggung jawab atas negara Indonesia, nilai dasar penghargaan yaitu menghargai keberagaman dan keuinikan, nilai dasar penghormatan yaitu menghormati simbol-simbol nasional Indonesia seperti garuda Pancasila, serta nilai dasar loyalitas yang berupa sikap rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara Indonesia. Perilaku yang mencerminkan sikap cinta tanah air yaitu membela dan melindungi negara, melestarikan budaya dan adat istiadat, menghormati bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Pancasila, dan UUD 1945, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghargai dan melestarikan lingkungan (Agung et al., 2023: 232).
Kementrian Pendidikan Nasional mendefinisikan cinta tanah air sebagai cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa Indonesia, kekayaan alam, budaya, ekonomi dan politik bangsa Indonesia. Indikasinya yaitu seorang murid memiliki nilai karakter cinta tanah air seperti menghargai jasa para pahlawan nasional, mengikuti upacara bendera, menggunakan produk-produk dalam negeri, mendukung industri krearif atau UMKM dalam negeri, menghargai keindahan alam Indonesia, melestarikan budaya dan tradisi Indonesia, melindungi dan mau mempelajari warisan budaya, serta menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia (R. Agung & Machfauzia, 2020:19).
Pada abad ke-19 Mohammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani serta Rifa’ah al-Thahthawi memperkenalkan konsep cinta tanah air di dunia Islam melalui karyanya yang berjudul al-Murshid al-Amin li al-Banat wa al-Banin (1834) dan manahij al-Albab al-Misriyyah fi Mabahij al-Adab al-Asriyyah (1869-1870) yang menyebutkan bahwa cinta tanah air (al-hubb al watan) merupakan rasa cinta dan kasih sayang terhadap tanah air, kebanggaan atas identitas nasional, kesetiaan dan loyalitas kepada negara, mengakui persatuan dan persatuan, menghargai keberagaman dan toleransi, berkontribusi dalam Pembangunan negara, serta berpartisipasi dalam proses demokrasi (Saiffuddin & Nasir, 2020: 106-107).
Suyadi (2013: 9) mendefinisikan cinta tanah air sebagai sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Cinta tanah air mencakup tiga aspek yaitu cinta dengan tempat dan lingkungan, cinta kepada otoritas atau pemerintah sebagai orang yang berwenang mengatur kehidupan bersama, serta cinta pada ide atau cita-cita dan penggunaannya yang membeku dan membaku dalam bentuk nation atau bangsa. Hayes (1960) Patriotisme atau rasa cinta tanah air diibaratkan sebagai gabungan antara perasaan kesetiaan kucing pada rumah atau tempat yang disukainya, kesetiaan anjing kepada tuannya, serta kesetiaan manusia kepada ide-ide dan penggunaannya. Makna patriotisme semakin berkembang dari zaman ke zaman, mulai dari zaman kuno, abad pertengahan, dan zaman modern.
- Patriotisme
Noor M. Bakry dalam Pancasila Yuridis Kenegaraan (1994: 144), menyebutkan patriotisme adalah jiwa dan semangat cinta tanah air yang melengkapi eksistensi nasionalisme. Ia juga menyebutkan bahwa sekelompok manusia yang menghuni bumi Indonesia wajib bersatu, mencintai, dan rela berkorban membela tanah air. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa jika nasionalisme adalah paham atau ajaran tentang cinta tanah air. Maka, patriotisme merupakan bentuk semangat cinta tanah dalam menjalankan nasionalisme. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan Bakry, bahwa patriotisme adalah bagian dari paham kebangsaan dalam nasionalisme Indonesia. Dapat dikatakan bahwa patriotisme meliputi sikap-sikap bangga akan pencapaian bangsa, bangga akan budaya bangsa, dan adanya keinginan untuk memelihara ciri-ciri bangsa dan latar belakang budaya bangsa. Untuk memahami apakah nilai patriotisme telah tertanam dalam diri seseorang, dapat diketahui melalui ciri-ciri yang terkandung dalam patriotisme. Berikut ciri-ciri patriotisme yang dikutip dari berbagai sumber, yaitu: Ciri-ciri nasionalisme yang dikutip dari Abdul Rahim dan Abdur Rashid dalam Patriotisme (Santoso, Karim, et al., 2023: 216).
Mangunhardjana (1985: 33) menyebutkan beberapa ciri patriotisme yang sejati, yaitu: membuat kita mampu mencintai bangsa dan negara sendiri tanpa menjadikannya sebagai tujuan untuk dirinya sendiri melainkan menciptakannya menjadi suatu bentuk solidaritas untuk mencapai kesejahteraan masing-masing dan bersama seluruh warga bangsa dan negara (Santoso, Karim, et al., 2023f).
Patriotisme sejati adalah solider yang bertanggung jawab atas seluruh bangsa, berani melihat diri sendiri seperti apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan, unsur positif negatifnya, dan menerima dengan lapang hati, memandang bangsa dalam perspektif historis, masa lampau masa kini, dan masa depan. Patriotisme sejati bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa, berjuang dulu menuju cita-cita yang ditetapkan, melihat, menerima, dan mengembangkan watak kepribadian bangsa sendiri. Patriotisme sejati memiliki identitas diri dengan melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat didalamnya dan bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain serta patriotisme bersifat terbuka. Ciri-ciri seseorang yang memiliki sikap patriotik ditandai dengan rasa cinta pada tanah air, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, mengedepankan persatuan, kesatuan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan, memiliki jiwa yang pantang menyerah, memeperbaiki yang buruk, serta kreatif dan inovatif (Santoso dkk., 2023: 221).
- Pramuka
Gerakan pramuka (kepanduan) didirikan pada tanggal 22 Februari 1857 oleh Robert Stephenson Smyth Baden Powell, yang kemudian dikenal dengan “Bapak Pramuka dunia”, sedangkan di Indonesia, Pramuka berdiri pada tanggal 30 Juli 1961, organisasi ini berfokus pada pembentukan karakter dan keterampilan para pemuda melalui metode kepanduan dengan tujuan untuk membentuk karakter yang kuat dan berakhlak mulia, mengembangkan keterampilan hidup dan kemampuan kepemimpinan, meningkatkan kesadaran dan kecintaan terhadap tanah air (patriotisme),taat hukum,disiplin, menjunjung nilai – nilai luhur bangsa, membangun persatuan dan kesatuan bangsa, serta memiliki kecakapan hiup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun negara kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan karakter yang ada dalam kepramukaan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.Nilai – nilai Pendidikan dasa darma pramuka dan Tri satya sesuai dengan washatiyah islam patriotisme dan disiplin -ngembangkan potensi para pemuda sebagai kader Muhammadiyah dan bangsa. yaitu keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt., kecintaan terhadap tanah air, persatuan dan kesatuan, disiplin dan tanggung jawab, kemandirian dan kreativitas, kerjasama dan kegotongroyongan, serta menghargai keberagaman. Aktivitas yang dilakukan biasanya berupa kegiatan kepanduan di alam terbuka, pelatihan keterampilan hidup, diskusi dan pembelajaran, kegiatan sosial kemasyarakatan, serta pertandingan dan kompetisi dalam pelatihan kepanduan (Sukamadinata, H.DR, 2017: 1).
Kegiatan pramuka diikuti oleh kurang lebih 1131 siswa-siswi kemudian dipandu oleh pembina pramuka sebanyak 4-6 orang guru yang dibantu oleh siswa – siswa yang termasuk Bantara dan melalui kegiatan tersebut diharapkan mampu membentuk karakter siswa menjadi pribadi yang lebih mandiri, ulet, tanggung jawab, cinta tanah air, disiplin dan karakter-karakter positif lainnya. Kegiatan rutin pramuka meliputi baris-berbaris, cerdas cermat, bermain tambur dan olahraga, kemudian ditambah dengan P3K dan kerohanian. Melalui kegitan pramuka siswa – siswa diharapkan dapat menerima berbagai materi pendidikan karakter terutama pendidikan karakter cinta tanah air dan disiplin yang diimplementasikan dalam nilai waatiyah islam agar dalam menjalankan kegiatan tersebut karakter yang luhur dapat dibentuk tanpa adanya rasa terbebani atau keterpaksaan karena dasar dari wasathiyah Islam adalah kelembutan, tidak ekstream kanan ataupun kiri yang sangat cocok untuk diterapkan pada siswa siswi sekolah menengah yang notabennya masih masa-masa remaja yang perlu bimbingan dan arahan melalui kegiatan yang positif (Yulfia, 2023: 124).
- Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana yang memiliki tujuan untuk mendidik dan memberdayakan potensi yang dimiliki seorang anak sehingga dapat membangun karakter yang mulia serta dapat memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya (Triana, 2022: 15).
Konsep pendidikan karakter sebenarnya sudah diperkenalkan sejak abad ke-20. Thomas Lickona adalah salah satu tokoh yang berjasa dalam mempopulerkan konsep ini, terutama ketika Lickona menulis bukunya yang berjudul Education for Character: How Our School Can Teach Respect and Renponsibility (Bagaimana sekolah kami dapat mengajarkan pentingnya rasa hormat dan bertanggung jawab). Thomas Lickona dalam karyanya mendefinisikan sifat manusia sebagai sifat seseorang untuk bereaksi secara moral terhadap situasi yang diwujudkan dengan tindakan yang nyata dengan berperilaku yang baik, jujur, tanggung jawab, menghormati orang lain, serta karakter yang baik lainnya. Pengertian tersebut, sejalan dengan pemikiran Aristoteles bahwa karakter erat kaitannya dengan “Habist” atau kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Ada 3 hal indah yang ditekankan oleh Lickona mengenai pendidikan karakter yaitu kenali, cintai, dan berbuat baik atau memberi teladan yang baik akan menjadi kunci utama dari keberhasilan pendidikan karakter (Mahmudiyah & Mulyadi, 2021: 56).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha yang telah dirancang dan dikembangkan yang dibuat untuk membantu siswa menumbuhkan serta mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk membentuk kepribadian yang luhur sesuai dengan norma, budaya dan agama
Metode
- Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono dasar dari metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan atau informasi berupa data yang sebagaimana adanya bukan sebagaimana mestinya yang dibuat dengan sengaja untuk tujuan tertentu. Metode digunakan untuk memfasilitasi peneliti dalam membahas permasalahan dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif, instrumennya adalah orang, yaitu peneliti itu sendiri. Metode kualitatif ini digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih detail dan mendalam (Ahyar et al., 2020: 242).
Bogdan dan Taylor menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah teknik penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan seseorang dan perilaku yang dapat diamati. Kirk dan Miller menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan tradisi karakteristik dalam ilmu-ilmu sosial yang pada dasarnya didasarkan pada pengamatan orang-orang di bidangnya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan ekspresinya sendiri (Abdussamad, 2021: 79-80).
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi melalui penelitian lapangan (field research) dimaksudkan untuk menggambarkan atau melukiskan dengan mendeskripsikan keadaan subjek penelitian sesuai dengan situasi dan keadaan pada saat dilakukannya penelitian. Dengan metode ini, peneliti hanya harus menggambarkan dengan baik, lengkap, jelas dan kasat mata realitas objek penelitian (dilihat dan didengar) serta tidak mengada-ada, memanipulasi atau bahkan memalsukan variabel seperti dalam metode eksperimen (Abdussamad, 2021: 94).
Melalui teori tentang metode penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai Implementasi Nilai Wasathiyah Islam cinta tanah air dan disiplin dalam kegiatan pramuka di MAN Salatiga adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan model pendekatan fenomenologi melalui penelitian lapangan (field research) yaitu peneliti melakukan penelitiannya dengan datang langsung ke lokasi yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu di MAN Kota Salatiga dengan peneliti itu sendiri yang bertugas sebagai pengamat dan pendengar secara langsung untuk mengumpulkan data sedalam-dalamnya hingga menemui titik jenuh dalam penelitian. Kemudian, data yang didapatkan diolah untuk disajikan sebagai temuan dari penelitian. Perlu diingat bahwa penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses bukan pada hasil. Oleh karena itu, hasil penelitian nanti berupa pemaparan data dalam bentuk deskripsi yang baik, utuh, dan jelas sesuai fakta yang diperoleh saat proses penelitian berlangsung yang kemudian diolah tanpa adanya rekayasa atau manipulasi data dari peneliti tentang Implementasi Nilai Wasathiyah Islam Cinta Tanah Air dan Disiplin dalam Kegiatan pramuka di MAN Kota Salatiga.
- Paradigma dan Pendekatan
Paradigma riset adalah kerangka berpikir yang dipakai peneliti sebagai sudut pandang dalam meneliti sesuatu. Atau suatu “keyakinan” dan kesepakatan bersama terkait bagaimana sesuatu harus diteliti atau dipahami. Terkait paradigma riset kualitatif, kerangka berpikirnya yaitu menempatkan manusia sebagai subjek dalam penelitian terkait fenomena yang akan diteliti. Menempatkan manusia sebagai subjek berarti “Meyakini” bahwa manusia sebagai penentu perilakunya sendiri dan juga menjadi penyebab sesuatu terjadi. Perilaku setiap manusia akan didasari oleh pola pikir atau doktrin yang dimiliki orang tersebut, seperti misalnya doktrin agama, norma sosial (misal di Jawa), dst. Intinya, manusia sebagai subjek mempunya kontrol penuh atas perilakunya.
Selanjutnya dalam paradigma riset kualitatif juga menekankan memahami sesuatu secara Komprehensif atau menyeluruh. Jadi tidak hanya melihat sesuatu apa adanya tetapi juga harus memperhatikan alasan atau penyebab kenapa hal itu terjadi. Misalnya kasus yang baru muncul dalam waktu dekat ini tentang anak SMP yang membangkang pada guru. Tidak boleh melihat hanya dari sisi buruknya tetapi juga mencoba mencari tahu lebih dalam kenapa dia berperilaku seperti itu. Misalnya karena tidak terima dan merasa dipermalukan di depan teman-temannya dan divideokan.
- Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian merupakan langkah strategis dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang tepat harus digunakan agar penelitian kualitatif berhasil, karena tanpa teknik pengumpulan data yang tepat peneliti tidak akan mendapatkan informasi sesuai dengan standar data yang telah ditetapkan. Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai berikut:
- Observasi
Menurut Sukmadinata, observasi (pengamatan) adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data melalui observasi atau kegiatan yang berlangsung saat proses penelitian. Teknik observasi ini dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan yang berkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah, sarana prasarana, proses pembelajaran, atau pengamatan dan pencatatan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti (Hardani, 2020: 122). Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan mengumpulkan data yang dilihat dan didengar mengenai proses Implementasi nilai Wasathiyah Islam Cinta Tanah Air dan Disiplin dalam Kegiatan pramuka di MAN Kota Salatiga dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah, proses pembelajaran di kelas, keadaan sekolah, serta sarana prasarana yang ada.
- Wawancara
Wawancara merupakan proses penting dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian kualitatif. Dalam wawancara selalu ada dua pihak yang masing-masing memiliki posisi yang berbeda. Satu pihak adalah pencari informasi atau pewawancara dan pihak lainnya adalah penyedia informasi atau orang yang diwawancarai. Nazir (1999) memberikan konsep bahwa wawancara adalah suatu proses pengumpulan informasi untuk kepentingan penelitian antara penanya atau pewawancara dengan narasumber secara langsung, dengan menggunakan alat yang disebut pedoman wawancara (Ahyar et al., 2020: 137-138).
Pada penelitian ini peneliti melakukan wawancara yang tidak terstruktur di mana pedoman wawancara yang dibuat merupakan garis besar dari pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber sedangkan untuk menggali informasi lebih mendalam peneliti melakukan pertanyaan tambahan yang spontan ditanyakan pada saat proses wawancara berlangsung agar wawancara lebih terarah peneliti harus mendengarkan, mencatat, bahkan merekam jawaban dari setiap pertanyaan mengenai proses Implementasi nilai wasathiyah Islam yang ada di MAN Kota Salatiga kemudian setiap jawaban dari responden boleh dianalisis dan ditanyakan kembali hal yang belum jelas kepada responden yang terkait.
- Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari informasi tentang hal-hal atau variabel berupa catatan, salinan, buku, surat kabar, majalah, tulisan, risalah rapat, buku besar, agenda, dan lain-lain. Dokumentasi ini berfungsi untuk melengkapi informasi dari wawancara dan hasil dari dokumen dan rekaman. Metode dokumenter ini merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang paling sederhana karena peneliti hanya mengamati benda mati dan jika ditemukan kesalahan dapat dengan mudah diverifikasi karena sumber datanya tetap dan tidak berubah (Ahyar et al., 2020: 149).
- Teknik Analisis Data
Ada komponen-komponen penting dalam proses analisis data yang harus dipahami. Komponen-komponen ini adalah: Reduksi data (Data reduction), penyajian data (Data display) dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (review). Analisis data dilakukan secara induktif dimulai dari lapangan atau dari fakta empiris ke lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif terjadi bersamaan dengan proses pengumpulan data. Pendekatan induktif konsisten dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu penemuan atau pengembangan teori baru dan bukan pengujian hipotesis atau kebenaran/kemampuan teori untuk memecahkan masalah. Miles dan Huberman menyatakan bahwa analisis data pada penelitian kualitatif memunculkan data berupa deskripsi penggambaran melalui kata-kata bukan dalam rangkaian angka. Analisis data menurut Miles dan Huberman melalui 3 langkah yaitu: pertama reduksi data, kedua penyajian data, kemudian proses penarikan kesimpulan (Abdussamad, 2021: 101-103).
- Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data merupakan bagian dari penajaman analisis, mengategorikan data, mengelompokkan data, mengarahkan, serta membuang yang tidak perlu serta mengatur data sehingga dapat ditarik kesimpulan dari data yang diperoleh (Hardani, 2020: 164).
Setelah peneliti mendapatkan semua informasi yang relevan dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi peneliti melakukan analisis data tahap pertama yaitu reduksi data atau pengurangan informasi yang tidak perlu serta memilih informasi yang penting untuk menjawab fokus penelitian serta memenuhi tujuan dari penelitian tentang implementasi nilai wasathiyah Islam di MAN Kota Salatiga.
- Penyajian Data (Data Display)
Setelah tahap reduksi data, langkah selanjutnya yaitu eksekusi penyajian informasi atau penyajian data. Menurut Miles dan Huberman penyajian data merupakan proses penggambaran atau presentasi dalam bentuk informasi yang terorganisir yang memungkinkan adanya kesimpulan atau tindakan lanjutan dari data yang diperoleh. Untuk mempermudah penjelasan atau menyederhanakan informasi yang kompleks peneliti boleh menggunakan uraian singkat berupa diagram, gambar, dan tabel untuk mempermudah pembaca memahami isi penelitian secara berurutan (Hardani, 2020: 167).
- Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam proses analisis data. Kesimpulan sangat penting untuk menggambarkan hasil penelitian yang berdasarkan pada deskripsi yang diperoleh berdasarkan metode penalaran induktif atau deduktif dari langkah sebelumnya. Kesimpulan ditarik oleh peneliti sejak proses mereduksi data hingga penyajian data yang kemudian diverifikasi dengan data yang relevan terkait dengan fokus penelitian (Hardani, 2020: 171).
PEMBAHASAN
MAN Kota Salatiga merupakan lembaga pendidikan formal negeri di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia yang berkedudukan di Kotamadya Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia, tepatnya di Jalan K.H. Wahid Hasyim no.12, Kecamatan Sidorejo Lor, kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50714. MAN Kota Salatiga berada di tengah-tengah Kota Salatiga yang dipenuhi dengan berbagai macam keanekaragaman baik penduduknya maupun kepercayaan yang dianut. Masyarakat sekitar MAN Kota Salatiga bukan hanya beragama Islam namun ada juga yang beragama Kristen, Katolik, bahkan Konghucu yang tinggal di sekitar MAN Kota Salatiga. Namun, masyarakat di sekitar MAN Salatiga sangat mengedepankan toleransi dengan saling menghormati dan menghargai sesama.
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Salatiga merupakan Lembaga Pendidikan formal yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai dari kelas X – XII, Lembaga ini merupakansekolah yang berasal dari Pendidika Guru Agama ( PGA) ,yang pada tahun 1990 berdasarkan Mentri Agama Republik Indonesia No.64 /1990 berubah status menjadi MAN Salatiga. Berdiri di wilayah Salatiga dengan luas tanah 5.113 m2 dan luas bangunan 2.882 m2.
Saat ini MAN Salatiga sudah berkembang dengan sangat pesat yang dipimpin oleh Bapak Dr.H.Munawir, S.Ag,M .Pd, MAN Salatiga sudah terakreditasi A dengan pendidik yang berjumlah 73 orang, PNS 38,non PNS 26, 13 tenaga pendidik dan jumlah siswa keseluruhan 1128 siswa dalam 33 rombel, dengan menggunakan kurikulum merdeka yang saat ini sedang digadang-gadang oleh kementerian pendidikan untuk menjadi metode pengajaran yang menanamkan pendidikan karakter kepada setiap anak agar memiliki karakter yang luhur dan mulia.
MAN Salatiga memiliki visi yang sangat bagus yaitu Unggul dalm prestasi, beraklaqul karimah dan terampil,sedangkan Misinya adalah “Menyelenggarakan Pendidikan yang berkualitas sehingga setiap peserta didik berkembang optimal sesuaidengan potensinya dalam pencapaian prestasi akademik dan non akademik, mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam mempelajari ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologidengan menciptakan lingkungan yang Islami di Madrasah, menumbuh kembangkan akhlaqul karimah pada seluruh madrasah, menyelenggarakan pembinaan pengembangan diri dan pelatihan keterampilan untuk menumbuhkembangkan minat, bakat dan ketrampilan peserta didik.
Analisis Implementasi Nilai Wasathiyah Islam Disiplin dan Patriotisme di MAN Salatiga
Wasathiyah Islam merupakan salah satu bentuk dari sikap moderasi beragama yang sedang digaungkan oleh pemerintah Kota Salatiga terutama pada ranah pendidikan, karena melalui pendidikan karakter seseorang akan lebih mudah memahami dan menghayati karakter luhur yang ada sehingga bisa melekat pada diri seseorang hingga mereka tumbuh dewasa. Dalam penelitian ini, paparan data akan disajikan dari hasil observasi, serta wawancara dengan kepala sekolah, waka kurikulum, guru PAI, Pembina pramuka dan Peserta didik MAN Kota Salatiga serta didukung dengan dokumentasi terkait proses pendidikan karakter disiplin dan patriotisme di MAN Kota Salatiga Tahun Ajaran 2024/2025.
Penyajian data di sini merupakan pengungkapan dari hasil data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Pendidikan karakter disiplin dan patriotisme pada siswa di MAN Kota Salatiga yang mengaplikasikan implementasi nilai wasathiyah Islam sebagai sistem pengajaran agama Islam yang dilakukan dengan cara yang lembut dan adil sehingga menciptakan keharmonisan dan kedamaian. Penanaman karakter disiplin dan patriotisme di MAN Kota Salatiga dijalankan dengan tegas, sesuai jalur akan tetapi tidak radikal tetap mengedepankan jalan tengah yang penuh dengan toleransi. Pada dasarnya semua peserta didik yang bersekolah di MAN Kota Salatiga beragama Islam, namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan adanaya perbedaan karakter antara salah satu peserta didik dengan peserta didik lainnya yang apabila tidak disikapi dengan bijak dapat menimbulkan perpecahan.
Pada saat peneliti melakukan observasi di MAN Kota Salatiga, peneliti dibuat takjub dengan seluruh warga sekolah yang ramah, tertib, disiplin dan sangat mengedepankan sikap saling menghormati dan menyayangi antar sesama. Sekolah yang begitu luas, kantin yang begitu bersih dan rapi, tempat parkir yang tertata dengan baik, musala, ruang kelas yang bersih, wangi, nyaman sebagai tempat belajar, anak-anak yang sopan, Bapak Ibu Guru yang baik hati menerima peneliti saat observasi dengan baik membuktikan implementasi nilai wasathiyah Islam sudah diterapkan di MAN Kota Salatiga.
Kegiatan di sekolah dimulai sejak pagi hari pukul 06.00 WIB peserta didik yang rumahnya jauh mulai berdatangan diantar oleh orang tuanya kemudian mereka disambut oleh Pak Satpam dan beberapa guru yang piket pada hari itu berbaris dengan rapi menyalami peserta didik yang berdatangan tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan senyuman manis serta doa baik di pagi hari, setelah itu pukul 07.00 WIB peserta didik dan guru melakukan apel pagi sebagai sebuah cara pembinaan karakter disiplin dan patriotisme agar mencintai bangsa Indonesia yang mengedepankan sikap persatuan dan kesatuan, mereka mendapatkan motivasi pagi dari pembina apel pagi sebagai transfer energi positif agar dalam satu hari di sekolah bisa melakukan usaha belajar dengan baik dan semangat, kemudian peserta didik dibubarkan dengan tertib dan rapi tanpa dorong-dorongan atau berebut menuju ke kelas masing-masing.
Setelah kegiatan apel pagi dan menuju ke kelas masing-masing sebelum masuk ke dalam kelas peserta didik berbaris dengan rapi terlebih dahulu untuk mengikrarkan dua kalimat syahadat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengikrarkan Pancasila kemudian ketua kelas memilih barisan yang paling rapi untuk masuk ke dalam kelas terlebih dahulu. Setelah itu, 2 orang peserta didik langsung dengan sigap mengambil posisi maju ke depan kelas memimpin doa bersama sebelum belajar, lalu membaca Asma’ al-Husna, membaca juz 30, baru kemudian duduk dengan rapi dan tertib memperhatikan guru dengan tenang saat dijelaskan materi pelajaran. Pada saat jam istirahat tiba peserta didik langsung berbondong-bondong melaksanakan salat sunah Dhuha, setelah itu masuk kembali ke kelas mengikuti pembelajaran selanjutnya, kemudian saat istirahat ke dua, peserta didik langsung berbaris dengan rapi di samping ruang kelas mereka untuk mengambil makan dan minum secara bergantian, setelah selesai makan mereka juga memasukkan bekas tempat makan tadi ke tempat yang sudah disediakan, mereka membuang sampah pada tempatnya, kemudian melakukan salat Zuhur berjamaah tanpa ada keributan, hal tersebut berjalan dengan begitu alamiah tanpa diperintah oleh guru mereka sudah terbiasa dengan alur pendidikan karakter disiplin dan patriotisme tersebut.
Ada satu hal yang menarik yang menjadi penemuan baru bagi peneliti yaitu ternyata di MAN Kota Salatiga bisa membentuk karakter generasi penerus bangsa dengan begitu baik salah satunya adalah melalui kegiatan pramuka. Kegiatan tersebut menyumbangkan peran yang begitu besar dalam menanamkan karakter yang luhur bagi generasi muda penerus bangsa. Kegiatan pramuka merupakan kepanduan yang menyisipkan pendidikan Aqidah Islam dalam pembentukan Akhlak yang mulia bagi peserta didik. Gerakan pramuka di MAN Kota Salatiga bertujuan untuk membentuk generasi yang beriman, berakhlak mulia, berilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk pribadi muslim yang siap menjadi kader syarikat Islam Muhammadiyah; membentuk karakter siswa yang mandiri, ulet, dan bertanggung jawab; menumbuhkan nilai-nilai pendidikan Islam dan pembentukan karakter pemimpin yang Islami; menyiapkan pemimpin yang siap menghadapi tantangan zaman.
Kegiatan pramuka penting untuk dilaksanakan di sekolah menengah karena bertujuan untuk menyiapkan dan membina peserta didik agar menjadi pemuda yang memiliki karakter luhur terutama karakter utama dalam pendidikan yaitu disiplin dan patriotisme. MAN Kota Salatiga melaksanakan kegiatan pramuka setiap hari Jumat setelah KBM yaitu pukul 13.00 – 16.00 WIB. Kegiatan pramuka dulunya diikuti oleh selurus jenjang kelas namun karena pembina yang belum mencukupi sekarang difokuskan pada jenjang kelas X dengan pertimbangan waktu dan tempat. Kegiatan pramuka dilaksanakan di lingkungan sekolah menyesuaikan dengan materi yang diberikan terkadang di aula sekolah, terkadang juga di lapangan atau lingkungan sekitar sekolah ketika melaksanakan kegiatan rihlah, kemah ceria pada tempat yang menyatu dengan alam.
Pihak yang terlibat dalam kegiatan pramuka yaitu pembina (kakak Pembina) dan peserta didik (adik) , serta kepala sekolah bertugas sebagai penanggung jawab kegiatan. Materi yang disampaikan dalam proses pendidikan karakter disiplin dan patriotisme dilakukan dengan metode ceramah ketika memberikan penjelasan kepada ananda, kemudian metode nasihat, metode keteladanan dengan berpakaian rapi menggunakan atribut lengkap yang bernuansa coklat muda dan bawahan coklat tua, penerapan disiplin waktu, serta adanya reward and punishment bagi ananda yang berprestasi maupun yang melanggar aturan tetap harus bertanggung jawab dengan apa yang telah mereka lakukan.
Indikator-indikator yang tampak pada peserta didik MAN Kota Salatiga yaitu: Menghormati guru dan teman; mematuhi tata tertib sekolah; tepat waktu dalam mengikuti kegiatan baik pembelajaran di dalam kelas maupun di luar; membawa perlengkapan dan atribut sesuai dengan kebutuhan; mengerjakan PR dan tugas dikumpulkan tepat waktu; aktif dalam berdiskusi; menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan sekolah; membuat catatan dan mereview materi yang merupakan hal unik yang peneliti temukan di MAN Kota Salatiga yaitu ketika pulang sekolah peserta didik langsung membereskan meja kursi kemudian menyapu bagi yang bertugas piket kelas sedangkan tema yang lain menunggu sambil bergantian menulis pertanyaan di papan tulis untuk dijawab bersama-sama temannya esok hari; peserta didik menunjukkan rasa percaya diri dan bertanggung jawab untuk saling menghormati dan menghargai serta menjaga ketertiban bersama; disiplin beribadah; berbaris dengan rapi ketika ingin masuk atau keluar kelas; serta tidak membuat kegaduhan dengan menerapkan toleransi wasathiyah Islam.
Adapun indikator karakter patriotisme yang tampak pada peserta didik MAN Kota Salatiga yaitu: Peserta didik menggunakan produk dalam negeri seperti kelas dihiasi dengan kaligrafi, memasang foto presiden dan wakil presiden Republik Indonesia, memasang simbol Garuda Pancasila, mengenal dan memahami sejarah Indonesia, menghormati dan menghargai simbol-simbol nasional, mengembangkan rasa simpati dan empati antar sesama, mengibarkan bendera merah putih, mengikuti kegiatan upacara dengan tertib, menyanyikan lagu kebangsaan dengan baik dan benar, mengakui dan menghormati adanya perbedaan, menunjukkan komitmen untuk menjaga keharmonisan dengan sesama, tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong, berdiskusi, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, menunjukkan sikap setia kawan, jiwa kebersamaan mulai terbentuk, rela berkorban dan membela kebenaran, pantang menyerah, berjiwa toleran dan tenggang rasa, bertanggung jawab dalam menjaga persatuan dan kesatuan, bangga menggunakan produk dalam negeri, suka memanfaatkan bahan bekas untuk di daur ulang dalam kegiatan P52RA serta memiliki jiwa pembaharu serta menolong temannya tanpa pamrih.
Faktor pendukung dari adanya kegiatan pramuka sebagai wujud implementasi nilai wasathiyah Islam disiplin dan patriotisme yaitu, lingkungan sekolah yang representatif untuk pelaksanaan kegiatan pramuka, pembina yang sudah memenuhi kualifikasi dari Kwartir , dukungan seluruh warga sekolah terhadap kegiatan pramuka di MAN Kota Salatiga, semangat anak dalam mengikuti setiap kegiatan yang membentuk karakter luhur bagi peserta didik, kesadaran akan pentingnya disiplin waktu dan berjiwa patriotisme demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, komunikasi yang baik antara kepala sekolah, guru dan peserta didik, dukungan penuh dari kepala sekolah, orang tua dan masyarakat, serta sarana prasarana yang memadai.
Faktor penghambat dari adanya kegiatan pramuka sebagai wujud implementasi nilai wasathiyah Islam disiplin dan patriotisme di MAN Kota Salatiga yaitu, sarana prasarana yang belum maksimal dalam mendukung kegiatan siswa, waktu yang terlalu singkat sehingga materi belum maksimal tersampaikan dengan baik, beberapa guru yang izin karena sakit atau ada tugas dinas luar sehingga kegiatan kurang kondusif, terkadang juga hambatan datang dari peserta didik itu sendiri yang kurang bersemangat atau sulit untuk dikondisikan.
Adapun solusi dalam menghadapi hambatan-hambatan dalam implementasi nilai wasathiyah Islam disiplin dan patriotisme pada siswa di MAN Kota Salatiga dalam kegiatan pramuka yaitu, mengidentifikasi sarana prasarana yang dibutuhkan setiap akan melaksanakan kegiatan dengan membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, membuat jadwal dan waktu yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, melakukan evaluasi dan refleksi setiap akhir kegiatan dan mempersiapkan program lanjutan, membuat aturan atau tata tertib serta presensi siswa sebagai dokumen administrasi; guru memberikan perhatian khusus dengan berkomunikasi lebih intens kepada siswa yang sedikit sulit ketika diajak untuk disiplin, mengedepankan sikap saling menghormati dan menyayangi serta menghadapi setiap perbedaan dengan wasathiyah yang disertai kelembutan tanpa paksaan agar tercipta hubungan yang harmonis, keamanan, dan kenyamanan pada setiap warga sekolah di MAN Salatiga.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan analisis data terkait dengan integrasi moderasi beragama dalam bingkai pendidikan karakter disiplin dan patriotisme pada sekolah menengah dalam wujud implementasi nilai wasathiyah Islam di MAN Salatiga sudah berjalan dengan baik dengan berbagai metode yang dilakukan oleh guru yaitu metode nasihat, ceramah, keteladanan, pembiasaan, bahkan adanya reward and punishment yang membuat para peserta didik menjadi lebih disiplin dan memiliki jiwa patriotisme yang melekat pada diri mereka. Peserta didik setiap hari melakukan berbagai kegiatan positif yang ada di sekolah kemudian di bawa pulang dan dipahami dengan baik sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baik pula yang akan menuntun mereka untuk selalu mengedepankan adab serta akhlak yang mulia. Kerjasama yang baik antara guru, peserta didik, orang tua, dan masyarakat menjadi pondasi penting bagi pembentukan karakter pada diri peserta didik yang akan terus dibawa hingga mereka dewasa nanti sebagai bekal menghadapi tantangan zaman.
Daftar Rujukan
Daftar rujukan ditulis berdasarkan model American Psychological Association (APA) 7th. Rujukan ditunjukkan dengan kemutakhiran untuk menjastifikasi orisinalitas atau novelty (5 tahun terakhir). Keprimeran literatur diusahakan minimum 80% dari literatur primer atau jurnal ilmiah. Penulis diwajibkan menggunakan aplikasi manajemen rerefensi (Mendeley, Zotero, dan EndNote). Jumlah daftar rujukan minimum 15 rujukan (hanya yang disitasi), serta tidak dianjurkan menghindari rujukan dari blog, wikipedia, dan lainnya yang tidak peer-reviewed.
DAFTAR PUSTAKA
Luthfiyah, R., & Zafi, A. A. (2021). Penanaman Nilai Karakter Religius Dalam Perspektif Pendidikan Islam Di Lingkungan Sekolah RA Hidayatus Shibyan Temulus. Jurnal Golden Age, 5(02), 520–521.
Fatmawati Putri, 2013. Kesiapsiagaan Siswa Di SMK Muhammadiyah 2 Surakarta Kelurahan Kestalan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Pelajaran 201. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Unniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Aziz, Adul dan Anam, Khoirul. 2021. Moderasi Beragama Berlandaskan Nilai- Nilai Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Agama RI
Ali, Z. Z., & Wulandari, A. (2023). Syuhada A’Lannas: Roas Map Penanaman Sikap Patriotisme Melalui Nilai Islam Wasathiyah dalam Al-Qur’an. Moderatio: Moderasi Beragama, 3(1), 92-101
Ratmi. (2024). Implementasikan wasathiyah sebagai wacana moderasi agama di Indonesia. Pengembangan Pemikiran Modern Dalam Islam (PPMDI), 12(1), 1005.
Marthasari, L. M., Kurniawan, & Indra, M. (2022). Implementation of discipline character values in grade 4A students at elementary school. Academia Open, 6, 1-11. DOI: 10.21070/acopen.6.2022.2288
Sa’idah, I., Mahmutarom Ekaningrum, M., & Ifada Retno Hernawati, S. (2024). Implementasi wasathiyah melalui pembelajaran pendidikan agama Islam di perguruan tinggi umum. TA’LIM: Jurnal Studi Pendidikan Islam, 7(2), 334–348. DOI: 10.52166/talim.v7i2.6654
Agung, R. M., Septianingsih, S., & Jazimaha, I. (2023). Implementasi pendidikan karakter cinta tanah air dalam pembelajaran sejarah. Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia, 6(2), 229-229. DOI: 10.17977/um0330v6i2p229-238
Hasanah, U., & Annisa, A. (2021). Penanaman nilai-nilai Islam Wasathiyah dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Dar El-Ilmi: Jurnal Studi Keagamaan, Pendidikan dan Humaniora, 8(1), 94–113. DOI: 10.52166/darelilmi.v8i1.2443
Vanli, P. D., Susanto, M. S., & Henr, J. (2020). Penanaman sikap nasionalisme religius melalui aktivitas kepanduan Hizbul Wathan tahun 1950-1961. Journal of Social Education, 1(1), 41–48. DOI: 10.23960/jips/v1i1.41-48
Anggraeni, I. (2019). Pengertian implementasi dan pendapat ahli. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 16–96. DOI: 9788578110796
Diyani, T. (2019). Implementasi paradigma Islam Wasathiyah: Strategi menjaga masa depan keindonesiaan. SALAM: Jurnal Sosial & Budaya Syar-i, 6(3).
Saiffuddin, S., & Nasir, M. (2020). Cinta tanah air dan nasionalisme perspektif hadits. Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur’an, 3(1), 98–103. DOI: ttp://ejournal.stiqwalisongo.ac.id/index.php/albayan/article/view/219%0Ahttp://ejournal.stiqwalisongo.ac.id/index.php/albayan/article/download/219/97
Santoso, G., Khairunnisa, N. A., Nursafa Aulia Adisti, S., & Muhamadiyah, S. (2023). Filsafat konten nasionalisme, patriotisme, dan perjuangan untuk generasi Z bangsa Indonesia. JUPETRA, 02(02), 1-10.
Muhammad Dzikron, “Keterampilan Kepanduan Hizbul Wathan”, (Klaten: Kedai Hizbul Wathan, 2020), 1.
Yulfia Nora, Jamaris, Solfema, Penanganan Permasalahan Sosial pada Anak dalam Pengembangan Sosial di Sekolah Dasar, JURNAL BASICEDU Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023
Triana, N. (2022a). Pendidikan karakter. In A. K. & J. Simarmata (Ed.), Mau’izhah (Cetakan 1, Vol. 11, Issue 1). Yayasan Kita Menulis. https://doi.org/10.55936/mauizhah.v11i1.58
Mahmudiyah, A., & Mulyadi, M. (2021). Pembentukan Karakter Religius Di Madrasah Ibtidaiyah Berbasis Pesantren. ZAHRA: Research and Tought Elementary School of Islam Journal, 2(1), 55–72. https://doi.org/10.37812/zahra.v2i1.223
Ahyar, H., Maret, U. S., Andriani, H., Sukmana, D. J., Mada, U. G., Hardani, S.Pd., M. S., Nur Hikmatul Auliya, G. C. B., Helmina Andriani, M. S., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Sukmana, D. J., & Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Issue March).
Abdussamad, Z. (2021). Metode Penelitian Kualitatif (M. S. Dr. Patta Rapanna, SE. (ed.); I). CV. syakir Media Press.