Jurnaljatengdiynews.com- Salam, Magelang — Kamis malam, 12 Juni 2025. Di sebuah pendopo sederhana milik Wawan Jagalan, seorang praktisi peternakan domba di Boyolali yang telah membina para petani hingga kini lebih dari 12.000 ekor domba di lereng Merapi, semangat besar tumbuh dari pertemuan kecil selepas sholat Magrib. Malam itu, diskusi penuh inspirasi digelar oleh para pegiat pertanian organik PCM Salam, Magelang. Hadir dalam momen hangat tersebut, Dr. Yusron Masduki—seorang dosen sekaligus penggerak pertanian organik yang rendah hati namun penuh visi—bersama para tokoh lokal seperti Taufiq dan Muklis.
Diskusi yang berlangsung santai namun penuh makna itu mengarah pada kesepakatan penting: memulai gerakan ekonomi pertanian terpadu berbasis zero cost. Sebuah lahan seluas lebih dari 6.500 m² telah disiapkan untuk mewujudkan visi ini. Lahan tersebut akan dioptimalkan menjadi pusat pengembangan nabung ayam dan nabung domba, serta budidaya pisang kepok tanjung, tanaman waluh, dan azolla sebagai pakan alami ternak.
“Konsepnya sederhana namun berdampak besar. Kita mulai dari yang kecil, namun konsisten dan berkelanjutan,” terang Taufiq. Ia menjelaskan pola eksponensial dari nabung ayam: hanya dari 10 betina dan 1 pejantan, ayam bisa berkembang hingga puluhan ribu ekor dalam waktu tiga tahun.
Menurut perhitungannya, tahun pertama dapat menghasilkan 200 ekor, tahun kedua meningkat menjadi 2.000 ekor, dan tahun ketiga mencapai 20.000 ekor. Setengah dari hasil panen ayam akan dijual untuk menutup kebutuhan pakan dan modal, sedangkan sisanya dikembangkan sebagai indukan berikutnya.
Pola serupa juga akan diterapkan dalam penggemukan domba. Wawan menjelaskan, “Kita bisa mulai dari 10 cempe. Setiap enam bulan, kita jual, lalu uangnya diputar untuk beli dua kali lipatnya. Dalam tiga tahun, kita bisa punya ratusan domba tanpa utang.”
Dr. Yusron, yang selama ini aktif di dunia akademik namun tak sungkan terjun langsung ke lapangan, menyatakan bahwa pendekatan ini sangat cocok untuk membangun kemandirian pangan dan ekonomi berbasis komunitas. “Inilah Islam dalam praksis, mandiri, produktif, dan menebar manfaat,” ucapnya dengan mata berbinar.
*Survei Lahan di Jagalan, Langkah Nyata Dimulai*
Jumat, 13 Juni 2025, langkah konkret dilakukan. Tim kecil melakukan survei ke lahan yang akan dijadikan lokasi budidaya domba, ayam, dan kebun pisang di wilayah Jagalan. Lahan tampak subur dan potensial untuk dijadikan pusat pembelajaran dan pemberdayaan.
“Ini bukan sekadar proyek, ini gerakan perubahan,” ujar Muklis sambil menatap lahan hijau yang mulai disiapkan.
Dengan semangat kolektif dan strategi yang matang, para pegiat PCM Salam optimis bahwa program pertanian organik terpadu ini akan menjadi role model ekonomi umat yang berkelanjutan dan menginspirasi banyak pihak, tak hanya di Salam, tapi juga di seluruh lereng Merapi dan sekitarnya.(Rochmad Taufiq)