Jurnaljatengdiynews.com- Rembang, Jumat 30 Mei 2025 — Di tengah geliat bangsa membangun kedaulatan pangan, Yayasan Sosial Aswirusani Asma’ul Husna Bangkit menggulirkan aksi nyata dengan cara sederhana namun bermakna: mempersiapkan lahan pertanian bersama para santri yatim binaan. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program pembinaan karakter dan literasi alam yang dirintis di Kampus literasi alam Annaba Rembang.
Pagi itu, suasana di lahan seluas 150 meter di Desa Pandean tampak penuh semangat. Cangkul-cangkul diayunkan, tanah digemburkan, dan semangat tumbuh dari para pengasuh dan hati anak-anak yatim yang berbaris rapi dalam barisan harapan. Mereka sedang tidak hanya bertani, tetapi juga belajar mencintai bumi dan membangun kemandirian.
“Kami ingin santri sejak dini mengenal bahwa bertani adalah simbol kedigdayaan bangsa,” ujar Sujadman, salah satu pelopor gerakan pertanian santri milenial An NABA. Ia mengenang pengalamannya dahulu saat bertani tomat di Ungaran. “Waktu itu saya dan teman menggarap sekitar 500 meter, modal 6 juta, hasilnya 13 juta. Buah tomatnya lebat sampai pohonnya hampir ambruk,” ujarnya sambil tersenyum bangga.
Kini, Sujadman dan rekan-rekannya ingin mentransfer semangat itu kepada para santri. Lahan kecil ini bukan sekadar tanah yang digarap, melainkan cikal bakal laboratorium alam yang akan menjadi contoh pertanian terpadu berkonsep zero-cost. Di sini akan tumbuh sayur bayam, kangkung, kelor, katuk, juga azolla yang bermanfaat untuk pakan alami ikan dan ternak.
Tidak hanya itu, konsep ketahanan pangan terpadu yang dikembangkan juga akan mencakup budidaya ayam kampung dan ikan gurami, sebagai bekal keterampilan masa depan bagi para santri.
Setiap sore, usai sekolah, para santri wajib “menjenguk” lahan mereka. Aktivitas ini masuk dalam kurikulum pembinaan harian, yang menggabungkan mengaji, pelatihan karakter, dan pembiasaan kerja keras. Harapannya, anak-anak bukan hanya tumbuh secara spiritual, tetapi juga tangguh menghadapi tantangan kehidupan.
Kegiatan ini turut didukung oleh berbagai pihak. Hadir dalam kesempatan tersebut, Ir. Kusno, praktisi pertanian dari Blora yang memberikan dorongan dan bimbingan teknis kepada para penggiat. Sementara itu, Muh Robani — alumni santri milenial An NABA — yang sudah lulus kuliah di fakultas pendidikan langsung turun ke lapangan dengan penuh semangat. Ia bersama para adik santri membuat bedeng berukuran 3×3 meter sebagai langkah awal menanam harapan.
“Ini bukan sekadar bertani, ini tentang menanam masa depan,” ucap Robani tegas sambil menyeka peluh. Ia percaya, pertanian bukan pekerjaan kuno, melainkan solusi masa depan yang harus dikuasai oleh generasi muda, khususnya santri.
Melalui gerakan ini, Yayasan Aswirusani Asma’ul Husna Bangkit menunjukkan bahwa pendidikan dan kemandirian bisa berjalan beriringan. Santri tidak hanya diajarkan tentang akhlak dan ilmu agama, tetapi juga ditanamkan semangat hidup mandiri dan cinta lingkungan.
Semoga langkah kecil ini menjadi awal dari perubahan besar. Dari sebidang tanah kecil di Rembang, tumbuh harapan besar bagi negeri yang kuat, mandiri, dan bermartabat.(Taufiq)