Jurnaljatengfiynews.com- Semarang, 27 Mei 2025 — Dalam rangka mendukung pelaksanaan program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN), Yayasan Hans Satya Dharma Jawa Tengah menggelar acara konsolidasi internal sekaligus penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan 10 perusahaan kontraktor (CV dan PT). Acara ini berlangsung di Aula Rumah Makan Lombok Ijo, Jalan Majapahit, Pedurungan, Kota Semarang.
Hadir dalam acara tersebut pendiri dan pembina Yayasan Hans Satya Dharma, Ir. Handono Sivanada; Dewan pengawas Turnya, S.H., M.H.; Ketua Yayasan Jawa Tengah Tri Agustin ST; Sekretaris Septi Hartati Putri SE; Bendahara Listyo Widodo Amd; Konsultan Keuangan dan Perbankan Aulia Muhammad Kemas, S.E., S.H., M.H.; serta para pengurus cabang kabupaten/kota dan perwakilan kontraktor.
Dalam sambutannya, Ir. Handono Sivanada menyampaikan bahwa yayasan yang baru berdiri pada 5 Mei 2025 di Purworejo ini memiliki visi besar untuk berkontribusi aktif dalam pembangunan fasilitas MBG. “Kami siap menjadi mitra pemerintah dalam menyiapkan lahan, membangun dapur umum berbasis SPPG (Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi), serta pengelolaan program MBG selama lima tahun ke depan (2025–2029),” jelasnya.
Handono menegaskan, dalam tahap awal ini pihaknya telah menjalin kerja sama dengan 10 perusahaan, terdiri dari 8 perusahaan asal Jawa Tengah, 1 dari Jawa Barat, dan 1 dari Jawa Timur. “Setiap perusahaan akan mendapatkan fasilitas pinjaman dari bank pelat merah sebesar Rp3,62 miliar untuk pembangunan dapur MBG,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Harapan kami, Yayasan Hans Satya Dharma bisa memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat dan pemerintah, baik dari sisi pemikiran, waktu, maupun dukungan finansial.”
pengawas Yayasan Hans Satya Dharma Jawa Tengah Turnya, S.H., M.H., dalam arahannya mengimbau agar seluruh pengurus daerah mengedepankan semangat kolaborasi. “Hilangkan ego sektoral. Jangan merasa paling pintar, dan jangan juga merasa tidak mampu. Teruslah belajar agar program ini bisa sukses,” pesannya.
Ketua Yayasan Jawa Tengah, Tri Agustin ST, menyampaikan bahwa kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya reorganisasi dan penguatan struktur yayasan. Ia berharap proses implementasi setelah penandatanganan MOU dapat berjalan sesuai rencana.
Sementara itu, Konsultan Keuangan dan Perbankan, Aulia Muhammad Kemas, memberikan edukasi kepada para pengurus dan kontraktor mengenai pentingnya manajemen keuangan yang sehat. Ia menyoroti tingginya angka kegagalan usaha akibat minimnya pemahaman pengelolaan modal. “Saya siap mendampingi yayasan maupun kontraktor agar tetap sehat secara finansial. Bahkan, kami sudah berhasil mencegah lelang agunan rumah dari para debitur yang kesulitan pasca-Covid-19,” ungkap Aulia.
Ia juga menekankan perlunya membalik paradigma lama. “Selama ini debitur dianggap sebagai komoditas bank. Sekarang saatnya bank menjadi komoditas bagi yayasan atau perusahaan, termasuk yang baru berdiri seperti Yayasan Hans Satya Dharma yang telah mendapatkan kepercayaan dengan suntikan dana awal senilai Rp45 miliar,” jelasnya.
Dalam sesi tanya jawab, Hendro Wibowo dari Magelang mempertanyakan kegagalan salah satu CV dalam tender. Handono menjawab bahwa hal tersebut dikarenakan CV tersebut belum menyelesaikan kewajiban perpajakan. Sementara Aryono dari Sragen yang mengeluhkan ketidakpastian lahan dapur MBG, dijawab bahwa pihak pemda akan menjadi fasilitator komunikasi terkait pembebasan lahan.
Acara ditutup dengan penandatanganan MoU antara pihak yayasan dan kontraktor, yang disaksikan langsung oleh notaris. Salah satu kontraktor, Abdurahman, menyatakan optimismenya bahwa kerja sama ini akan membawa manfaat bersama. “Kami siap mendukung dan menjalankan amanah ini dengan penuh tanggung jawab,” pungkasnya. (TatikEndar)