Jurnaljatengdiynews.com, Kudus- Prospek bertani pisang merupakan potensi besar yang belum dikelola secara profesional oleh para petani di Kudus dan di beberapa daerah di Indonesia, padahal bertani pisang memiliki nilai ekonomi yang lebih menjanjikan dibanding dengan komoditas tanaman semusim lainya, sebab menanam pisang satu kali bisa panen berkali kali dari tunas-tunas baru, artinya modal tanam satu kali bisa untung seterunya unlimited.
Tanah yang cukup subur di wilayah Kabupaten Kudus membuat komunitas petani pisang Kudus yang dipelopori oleh Murtono warga Gondang Manis, Kec Bae kabupaten Kudus.
Mereka memberikan contoh dan praktek lagsung agar para petani mau membudidayakan pisang sebagai salah satu komoditas unggulan dan memilki prospek cerah, sebab pasar buah pisang selalu diburu oleh setiap orang dari tanpa mengenal usia.
Jenis pisang yang paling dicari oleh setiap orang dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran adalah pisang raja, pisang ambon, kepok pipit dan pisang susu, Murtono sendiri telah memulai menanam pohon pisang Raja dan pisang Pipit serta pisang cavendis di lahan pertanian seluas 20.000 M2 di daerah Purwosari Belakang Kantor kelurahan Purwosari Kudus.
Berdasarkan pengakuan Murtono, mengawali usaha berkebun pisang baru sekitar 3 tahun. Ia mulai melirik dan akhirnya terjun dan menanam tanaman buah pisang ini setelah melihat prospek bertani pisang yang cukup menjanjikan.
Murtono sendiri tidak memiliki latar belakang di dunia pertanian namun dia memiliki kecintaan dalam bidang pertanian, sehingga karena suka akhirnya memiliki semangat untuk terjun di bidang pertanian, belajar dari teman dan juga melalui browsing di internet, tidak hanya sekedar teori tapi sekaligus praktek terjun bertani pisang.
Saat ini telah memiliki 2000 pohon pisang dengan tumpangsari buah buahan lainnya dan menanam berbagai jenis tanaman ploowijo dan tanaman sayuran lainnya.
Murtono sendiri memiliki opsesi dan cita-cita untuk budidaya pisang secara professional sudah cukup lama. Sebenarnya dia berprofesi sebagai seorang Dosen sekaligus Rektor di sebuah perguruan tinggi swasta di Kabupaten Pati. Dari pengalaman mengajar di sekolah dan di kampus selama 35 tahun dan berkeliling ke luar pulau dan ke berbagai negara, dia selalu memberikan bimbingan dan pelajaran kepada para siswa dan mahasiswanya tentang ekonomi dan pendidikan serta pertanian, dengan harapan ilmunya bisa dimanfaatkan bagi para siswa dan mahasiswanya untuk praktek langsung dilapangan.
Dari pengalamannya itulah bersama anaknya dan timnya giat memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada para petani disekitar nya untuk bertani yang produktif salah satunya adalah bertani pisang raja dan pisang kapok serta pisang cavendis.
’Kebetulan Purwosari memiliki lahan pertanian yang cukup luas, jadi memang pas kalau kemudian saya terinspirasi menjadi petani pisang,’’ jelasnya. Ia sendiri mulai menanam pisang di Purwosari ini 3 tahun lalu.
Awalnya dia melihat kondisi tanah di Purwosari. Setelah diamati, ternyata tanah itu cukup subur untuk ditanami pisang raja yang berpotensi untuk pasar ekspor. Dengan modal yang cukup, akhirnya bibit mulai didatangkan dan ditanam bibit bibit psang raja dan cavendis.
“Untuk merawat pisang, perlu teknik khusus. Misalnya, kontrol setiap hari, kebutuhan air harus cukup. Saat berbuah, buah pisang harus dijaga agar tidak dimakan oleh serangga atau terserang hama,” ungkapnya, Bahkan saya setiap pagi selalu melakukan kontrol rutin, satu persatu pohon pohon pisang saya cek, sambil mencabuti rumput, dan melihat pohon pohon yang terkena hama ulat ataupun lainnya, tambahnya.
Murtono sendiri saat ini mulai menganalisa dan menghitung, prospek bertani pisang ini cukup cerah, dari menjual bibitnya saja sudah untung atau balik modal, “setelah saya amati satu persatu, pisang baru usia 6 bulan saja sudah mulai tumbuh tunas baru, ada yang 4 ada yang 5 tunas, bahkan ada yang 10 tunas, kalau dibuat rata rata 5 tunas per pohon maka tahun depan dari 1000 pohon ini akan menjadi lebih dari 5 ribu pohon pisang” terangnya.
Dari hasil surve di pasar tradisional sekitar Kudus, harga pisang raja cukup fantastis, satu tandan dengan isi 12 sisir bisa laku di atas 130.000, tergantung type dan jumlah sisirnya.
“Marketnya tidak hanya di Kudus saja. Tapi di Semarang, Jogjakarta, Bandung sudah banyak yang meminta. Kalau lokal yang minat kebanyakan dari bakul bakul atau toko toko buah’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, usia panen pisang raja juga beraneka ragam. Bisa jadi, 10-11 bulan baru mulai berbuah. Dengan begitu, petani yang menanam pisang jenis Raja bisa menuai untung. “Saya kira di Kudus tanahnya cukup cocok untuk pisang jenis ini. Yang terpenting irigasi dan cara tanamnya yang pas,’’ pungkasnya.
Prospek pisang kepok
Sementara itu di tempat terpisah, kebutuhan pasar pisang kepok pipit juga sangat tinggi, dipelopori oleh Wenny Wulansari juragan buah asal Surabaya, berdagang buah terutama buah pisang menjadi salah satu peluang unggulan dan memiliki profit yang cukup menjanjikan. “Saya tadinya jualan buah buahan partai kecil melalui pemasaran online ke berbagai kota di Indonesia, termasuk buah pisang yang saya ambil dari petani pisang di Malang” terang Wenny, “kali ini baru mau mulai penjualan dalam partai besar, saya mendapatkan orderan dari luar pulau per minggu 22 ton pisang kepok”, tambah Wenny
Guna berbagi rezki dan menjalin mitra dengan para petani dan pengepul untuk mendapatkan stok buah pisang dalam jumlah besar Wenny bersama suaminya keliling ke Jawa tengah, “saya habis dari Ngawi pak, lalu saya lanjutkan ke Magelang, setelah dari Magelang ini saya akan muter ke pengepul pisang di Kebumen, dan selanjutnya akan berkunjung ke Kudus dan Demak” tambah Wenny.
Wenny sendiri mengaku tidak memiliki latar belakang secara formal di dunia marketing buah buahan namun dia memiliki kecintaan dan banyak mendapatkan ilmu dagang dari kedua orang tuanya.
Selanjutnya yang ingin berkonsultasi dan berdiskusi masalah pisang bisa menghubungi ke no Hp 081914020218.(Taufiq/Mad)