Jurnaljatengdiynews.com–Magelang. Di bawah sejuknya kaki Gunung Sumbing, di sebuah kecamatan kecil bernama Bandongan, lahirlah sebuah gerakan yang tumbuh dari hati para perempuan tangguh — mereka menyebut diri mereka Srikandi Green Islam.
Awalnya hanyalah bincang santai, tawa ringan tanpa kudapan di sore hari.
“Terima kasih bunda-bunda Agent’s of Green untuk bincang-bincang hari ini, tanpa krasikan dan kue ubi…” canda bunda Trisni, Ketua PKK Bandongan, disambut emoji tawa dan doa.
Namun di balik candaan itu, tersimpan tekad besar:
mewujudkan Bandongan yang aman, nyaman, sehat, sejuk, dan lestari — sesuai nilai Islam yang memuliakan bumi sebagai amanah Ilahi.
” Dari Obrolan ke Aksi Nyata*
Perjalanan mereka tak berhenti di percakapan grup WhatsApp.
Pada 23 dan 24 Oktober 2024, para srikandi ini — diwakili oleh Bunda Aini, Bunda Farah, dan Bunda Lilik — melakukan audiensi dengan Bupati dan Camat Bandongan.
Mereka tidak datang membawa proposal besar, tapi membawa semangat yang sederhana: mengajak masyarakat mencintai lingkungan sebagai bagian dari ibadah.
Hasil pertemuan itu berbuah langkah konkret,
1️⃣ Pembentukan Sekretariat Agent’s of Green Islam (AGI) di rumah dinas camat.
2️⃣ Sinergi dengan Muslimat dan Aisyiyah untuk pendataan lembaga pendidikan.
3️⃣ Penyusunan jadwal turba edukasi lingkungan ke sekolah-sekolah.
4️⃣ Rencana pembentukan Pokja 3 Lingkungan oleh Ibu Camat agar gerakan ini berkelanjutan.
*📚 Edukasi, Menanam Nilai Sejak Dini*
Di sinilah peran penting pendidikan mulai digarap.
“Bapak Rochmad Taufiq kami mohon bimbingan dan pembuatan PPT edukatif untuk anak TK, SD, dan SMP,” tulis Bunda Farah dengan penuh semngat .
Bukan sekadar materi tentang sampah, tapi pembelajaran Green Islam — bagaimana menjaga kebersihan adalah bagian dari iman, dan mencintai alam adalah bentuk syukur kepada Pencipta.
*🌺 Semangat Persaudaraan dan Keteladanan*
Dialog demi dialog diisi dengan semangat kebersamaan.
Bunda Trisni memberi dorongan dengan lomba lingkungan,
Bunda Aini dan Bunda Lilik menyiapkan pendataan,
Bubdq Farah mengkoordinasi langkah-langkah operasional,
sementara Rochmad Taufiq memberikan inspirasi tentang filosofi alam — dari ayam hitam yang teguh, hingga kebersamaan dalam satu tujuan.
“Green Islam Bandongan keren,” tulisnya di pagi yang sejuk,
“Sugeng enjang, saudaraku pejuang Green Islam.”
Kalimat sederhana yang menyiram semangat baru bagi para srikandi Bandongan.
Mewujudkan Kesejahteraan dari Alam
Bagi mereka, gerakan ini bukan sekadar kebersihan, tapi juga kesejahteraan.
Sampah yang terpilah bisa menjadi pupuk, pakan, atau kerajinan.
Sekolah-sekolah bisa menjadi pusat edukasi hijau.
Dan Bandongan — perlahan — tumbuh menjadi contoh desa Islam hijau yang hidup, berseri, dan mandiri.
Gerakan Green Islam Bandongan bukan proyek, tapi perjalanan spiritual — dari kesadaran, kebersamaan, hingga keberkahan.
Para Srikandi Bandongan telah menanam benih peradaban baru,
Bahwa menjaga bumi adalah bagian dari mencintai Sang Pencipta.
“Berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah,” begitu moto mereka.
Dari hati, mereka bergerak. Dari bumi, mereka menumbuhkan harapan.
(Rochmad Taufiq)












