Jurnaljatengdiynews.com- Kudus – Kebun gedang Banana Garden Wergu Wetan tidak pernah sepi dari aktivitas. Setiap hari, selalu ada saja orang yang datang sekadar ngopi, diskusi, atau sekadar menengok area kompleks nabung pisang, nabung ayam, hingga nabung domba. Suasana sejuk di bawah rerimbunan pohon pisang membuat siapa pun betah berlama-lama.
Selain pisang, area kebun juga ditanami aneka buah seperti durian, alpukat, kluwih, sukun, hingga ketela rambat dan ketela pohon. Di antara barisan pohon, terdapat kolam ikan dan budidaya azolla, yang ditanam baik di kolam maupun dalam galon. Nampak pula beberapa kandang ayam sederhana dan kandang domba yang dibuat dari bahan seadanya.
Di bagian depan kebun berdiri kios pakan ternak, dengan tumpukan karung sekam dan arang sekam hasil olahan kru Kub An Nur dan kelompok tani Paguyuban Persaudaraan Pati Raya. Gabungan dari para pegiat sosial dilingkungan, konsep integrated farming atau pertanian terpadu mulai nyata diwujudkan di tempat ini. Wajar bila mereka menamai lokasi tersebut sebagai Pusat Literasi Alam Kampus Banana Garden.
*Pesantren Besar Kudus Turut Hadir*
Pada Rabu (01/09/2025), Banana Garden kedatangan tamu istimewa: H. Tubagus Mansyur, salah satu pengasuh Pondok Qudsiah Kudus, pondok pesantren terbesar di Kabupaten Kudus dengan jumlah santri lebih dari 5.000 orang, 1.000 lebih di antaranya mukim. Kehadiran Tubagus merupakan rekomendasi dari Prof. Dr. Ihsan, Wakil Rektor UIN Kudus.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman terkait pengelolaan sampah. “Di pondok dengan ribuan santri, setiap hari pasti ada sisa makanan. Jika tidak dikelola dengan baik, ini bisa menjadi masalah besar. Padahal sejatinya sampah organik adalah emas hitam yang bisa diolah jadi pupuk dan pakan ternak,” terang Taufiq, pengelola Banana Garden.
Taufiq mencontohkan, air cucian beras (air leri) dapat digunakan untuk meredam sampah organik sehingga menghasilkan pupuk cair dan padat tanpa menimbulkan bau. Sementara itu, nasi sisa, kepala ikan lele atau nila, bisa dicacah, dicampur dedak dan azolla, lalu diberi vitamin tambahan untuk dijadikan pakan ternak bergizi.
H. Tubagus mengakui, sampah di Pondok Qudsiah memang melimpah. “Apalagi sebentar lagi ada program Makan Bergizi untuk santri, tentu jumlah sampah akan semakin besar. Karena itu, kami mencari solusi agar sampah ini tidak mubazir,” ujarnya.
*Nabung Ayam untuk Biaya Kuliah*
Dalam kesempatan itu, Taufiq juga menawarkan ide pemberdayaan santri melalui program nabung ayam. “Cukup kumpulkan 50 santri, buat jadwal, dan belajar di Banana Garden. Masing-masing kelompok santri bisa memelihara satu kandang berisi 5 betina dan 1 jantan. Jika ada 50 santri, berarti akan terkumpul 10 kandang. Dalam 3 tahun ke depan, ayam bisa berkembang biak menjadi ribuan ekor, dan hasil penjualannya bisa cukup untuk biaya kuliah para santri,” jelasnya.
Setelah diskusi, H. Tubagus berkeliling kebun melihat ayam, ikan, azolla, serta aneka tanaman yang ada. Ia juga berfoto bersama pengelola sebagai simbol kolaborasi.
Kunjungan ini menandai langkah awal kerja sama antara Pondok Qudsiah dan Banana Garden Kudus, dengan semangat menjadikan sampah sebagai berkah dan pemberdayaan santri menuju kemandirian. ((Rochmad Taufiq)