Jurnaljatengdiynews.com- Kudus – 25 November 2025.. Gerakan baru berbasis pemberdayaan dan pelestarian plasma nutfah ayam lokal tengah mencuri perhatian publik. Program yang digagas oleh Paguyuban Petani Persaudaraan Pati Raya (P3R) dan berpusat di Kampus Literasi Alam Banana Garden ini resmi meluncurkan konsep “ *Nabung Ayam* ”, sebuah inovasi edukasi dan ekonomi kerakyatan yang menggabungkan konservasi ayam lokal, literasi agripreneur, dan wakaf produktif.
Meski baru “ancang–ancang”, gerakan ini sudah ramai diperbincangkan. Berbagai pihak datang bergiliran untuk belajar, berdiskusi, hingga memberikan dukungan. Dua dosen dari UIN sempat berkunjung, disusul para petani–peternak, dan pembimbing senior pakar BSM plat K dan pak KB yang memberi arahan langsung di lapangan.
Tiga Kandang Pertama, Pondasi Sebuah Gerakan Besar
Banana Garden baru membangun 3 kandang awal, namun visi besarnya sangat jelas,
20 jenis ayam lokal Indonesia akan dilestarikan dan dijadikan pusat riset, edukasi santri, siswa, hingga mahasiswa.
*Saat ini, koleksi awal terdiri dari:
* Ayam Kedu
* Ayam Jowo Lokal
* Ayam Kub
* Ayam Pelung
* Ayam Burma
Dalam dua minggu mendatang, sudah dipesan tambahan jenis unggulan:
* Ayam Cemani
* Ayam Arab
* Ayam Joper
* Ayam Elba
Salah satu kandang bahkan telah menunjukkan progres menggembirakan: 40 butir telur sedang dalam proses penetasan. “InsyaAllah segera menetas optimal,” terang Mas Rochmad Taufiq, inisiator utama program.
Literasi Ayam Lokal dan Wakaf Produktif
Keunikan gerakan “Nabung Ayam” terletak pada modelnya yang membuka ruang wakaf produktif. Siapa saja bisa berpartisipasi dalam pelestarian ayam lokal Indonesia—mulai dari mahasiswa, akademisi, tokoh masyarakat, hingga petani.
Tujuannya jelas:
Menghadirkan pusat literasi ayam lokal Indonesia
Menjadi laboratorium belajar bagi santri dan siswa
Menjadi pusat riset bagi mahasiswa berbagai kampus
Menghidupkan kembali kearifan lokal dan sumber pangan unggulan Nusantara
Antusiasme publik pun mengalir deras. Sejumlah tokoh telah menyatakan dukungan dan menyerahkan wakaf produktif berupa ayam dan domba, antara lain:
Dr. Carto Nuryanto, perwira polisi sekaligus dosen hukum UIN Kudus, yang bahkan berniat istiqomah berwakaf tiap bulan
Dr. Arista, Kaprodi Fakultas Hukum dan Guru Besar UNW Semarang
Febrian, mahasiswa hukum UNW
Mas Iwan dari Kagama
Owner jenang karomah
Pelaku UMKM Si Cho
Serta banyak muwakif lain yang saat ini menunggu antrean untuk turut berkontribusi
*Pergerakan Pelan Tapi Pasti*
Dengan semangat kolaborasi dan dukungan lintas kampus, komunitas, dan profesi, gerakan “Nabung Ayam” dianggap sebagai terobosan nyata dalam pelestarian ayam lokal Indonesia.
“Pelan bergerak dan pasti,” tegas Mas Taufiq, menandai awal dari sebuah transformasi besar yang lahir dari kampung, namun berpotensi memberi dampak nasional.
Program ini bukan sekadar beternak ayam. Ia adalah gerakan literasi, edukasi, riset, pemberdayaan, dan kemandirian ekonomi berbasis kearifan lokal—dimulai dari tiga kandang kecil di Banana Garden, menuju masa depan peternakan Nusantara yang lebih berdaulat.( Rochmad Taufiq – untuk Indonesia)













