Jurnaljatengdiynews.com, Kudus – Di tengah kesibukannya sebagai dosen Hukum di UIN Kudus, Doktor Carto selalu menyempatkan diri untuk hadir dan berbaur dalam berbagai kegiatan sosial, akademik, dan kemasyarakatan. Dimanapun dan kapanpun, beliau tak pernah segan bersahabat, menyapa, dan membangun kedekatan dengan siapa saja, tanpa memandang suku, etnis, agama, maupun latar belakang.
Menurutnya, silaturahim, tegur sapa, dan salam bukan sekadar etika sosial, melainkan tabungan dan investasi akhirat.
*> “Seribu kawan terasa masih kurang, tapi satu musuh saja sudah terlalu banyak,”
ujar Doktor Carto dengan penuh makna.
Sikap terbuka dan inklusif ini menjadi wujud nyata komitmen beliau dalam membangun kolaborasi lintas batas. Baginya, keragaman adalah anugerah, dan harmoni sosial adalah kunci menjaga keberkahan hidup bersama.
Lebih jauh, Doktor Carto menegaskan bahwa kebiasaan menjaga silaturahim merupakan pantulan dari makna shalat lima waktu. Selain menjalankan ibadah mahdhah sebagai bentuk habluminallah (hubungan dengan Allah), manusia juga dituntut untuk memperkuat habluminannas (hubungan dengan sesama manusia).
“Jika hanya fokus pada ibadah vertikal namun mengabaikan interaksi sosial, maka akan muncul kesenjangan spiritual. Allah memerintahkan kita menjaga keseimbangan antara keduanya,” jelasnya.
Beliau juga mengingatkan tentang pesan penting dalam Al-Qur’an terkait “dhuribat ‘alaihimudz-dzillatu” – sebuah peringatan bahwa kehinaan akan menimpa siapa saja yang mengabaikan hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia.
Dengan semangat inilah, Doktor Carto terus mendorong terbangunnya jejaring persahabatan dan sinergi antarindividu, komunitas, dan lembaga. Harapannya, nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman dapat terus dirawat untuk mewujudkan masyarakat yang damai, produktif, dan berdaya saing tinggi. (Rochmad Taufiq)@