Jurnaljatengdiynews.vom- jakarta, Sabtu 10/05/25- Di balik gemerlapnya panggung perlombaan cerdas cermat di Al-Azhar Jakarta, ada kisah seorang santri yang sederhana namun penuh semangat: Zahra. Ia bukan santri yang setiap hari dikelilingi oleh fasilitas mewah atau guru privat. Namun ada satu hal yang selalu mengiringinya setiap langkah—doa dan cinta dari keluarga serta para pembimbingnya.
Hari itu, langit Jakarta sedikit mendung. Tapi hati Zahra justru bersinar terang. Ia berdiri tegak di antara ratusan peserta dari berbagai sekolah dan pondok. Meski gugup, ia ingat pesan Ayah Taufiq: “Lakukan yang terbaik, Zahra. Hasil itu urusan Allah.” Dan juga doa hangat dari mamah, papah, kakak Riyan, serta bimbingan penuh cinta dari para guru.
Zahra tidak mengincar piala. Ia hanya ingin membuktikan bahwa santri juga bisa tampil hebat di depan umum, bahwa belajar itu bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling tekun dan tulus.
Ketika pengumuman juara disampaikan, detik-detik terasa lambat. Lalu terdengar namanya disebut sebagai juara 3. Seketika, air mata haru mengalir. Zahra tak percaya, perjuangannya selama ini ternyata benar-benar membuahkan hasil.
Bukan hanya Zahra yang menang hari itu. Doa orang tuanya menang. Ketulusan para guru menang. Dan yang paling penting, semangat santri yang tak pernah padam telah menunjukkan bahwa keajaiban akan datang pada mereka yang bersungguh-sungguh.
Kini Zahra menikmati waktu liburnya hingga tanggal 14. Tapi dalam hatinya, ia tahu—ini bukan akhir. Ini baru awal dari perjalanan panjang menuju mimpi yang lebih besar.
Karena bagi Zahra, juara bukan hanya tentang piala. Juara adalah saat kita mampu melewati ketakutan dan tetap melangkah, meski pelan, meski (Rochmad Taufik)
*Good luck selamat ya nak*