Jurnaljatengdiynews.com-Bandongan, Magelang – Ahad, 29 Juni 2025 Sebanyak 35 orang pegiat tani, santri, dan pecinta pertanian lokal hadir dalam Forum Temu Tani Muhammadiyah yang diselenggarakan di Pendopo Tani Ustadz Noeryoso, seorang pegiat pertanian tradisional-kontemporer di Bandongan, Magelang. Forum ini menjadi bagian dari program pendampingan berkelanjutan yang juga melibatkan santri BSM (Santri Binaan Lembah Kamulyan).
Acara yang dikemas dalam suasana kekeluargaan ini mengusung semangat “Membangkitkan Kembali Pengetahuan Tradisional Lokal sebagai Penangkal Ganasnya Gelombang Globalisasi.” Fokus utama diskusi adalah bagaimana kearifan lokal dalam bertani bisa kembali menjadi solusi nyata untuk membangun ekosistem pertanian yang berkelanjutan dan berbiaya murah (zero cost farming).
Selain membahas potensi azola sebagai pakan ternak unggulan, forum juga memperkenalkan kiyambang atau lemna, tanaman air sejenis yang lebih kecil namun kaya manfaat untuk pakan ikan dan unggas. Penemuan kembali tanaman lokal ini membuka mata banyak peserta tentang kekayaan hayati yang kerap terlupakan.
Diskusi pun berkembang dengan berbagai topik menarik, seperti:
🌱 Peluang Budidaya Talas Bogor, umbi lokal yang mulai dilirik pasar sebagai bahan pangan alternatif bernilai jual tinggi.
🍌 Program Nabung Pisang Kepok Putih, yang dinilai menjanjikan secara ekonomis dan cocok ditanam di lahan pekarangan.
Forum ini juga menekankan pentingnya menghidupkan kembali pekarangan rumah dengan tanaman produktif sebagai bentuk pertahanan pangan keluarga.
Yang tak kalah istimewa adalah sajian makan siang khas desa yang menggugah selera: 🍚 Nasi jagung,
🍴 Gerih lombok ijo,
🥬 Sayur lompong, dan
🥘 Gulai kambing—semuanya menjadi simbol keberkahan dari alam dan hasil tani lokal.
Di akhir acara, seluruh peserta bersepakat untuk mengadakan pertemuan rutin setiap selapan (35 hari sekali) dengan tema pertanian yang berganti-ganti, membentuk ekosistem pembelajaran tani yang hidup, dinamis, dan saling menguatkan.
Ustadz Noeryoso dalam pesannya menyampaikan:
*> “Kita tidak harus selalu mengejar yang modern. Kadang, yang kita butuhkan justru kembali ke akar – ke tradisi yang sudah teruji zaman.”*
Melalui forum ini, Muhammadiyah Bandongan menunjukkan bahwa kemandirian pangan dan kekuatan lokal tidak hanya bisa dibicarakan, tapi bisa diwujudkan—dimulai dari pekarangan sendiri, dari niat yang tulus, dan dari semangat gotong-royong yang terus menyala. ✍️ (Rochmad Taufiq – Kontributor Temu Tani Muhammadiyah Bandongan)