Jurnaljatengdiynews com., Magelang -Di suatu pagi yang cerah, lapangan Jarean di Desa Salam menjadi saksi pertemuan unik antara dua tokoh berbeda latar namun memiliki visi yang sejalan. Kang Taufiq, penggiat budidaya pisang dari desa tersebut, dan Dr. Yusron Masduki, dosen psikologi dari Universitas Ahmad Dahlan sekaligus penggiat petani kurma, berpapasan saat keduanya sedang berolahraga. Pertemuan sederhana itu segera berubah menjadi percakapan yang penuh makna tentang mimpi besar di dunia pertanian.
Kang Taufiq berbagi ide tentang “Nabung Pisang”—sebuah konsep yang menarik untuk menggalakkan ketahanan pangan lewat budidaya pisang. Menurutnya, jika satu keluarga di Desa Salam mulai dengan empat pohon pisang, maka dalam setahun bisa tumbuh menjadi puluhan hingga ratusan pohon. Dr. Yusron yang tertarik dengan konsep tersebut menyebutnya sebagai “investasi masa depan yang nyata dan berkelanjutan.” Seperti pohon pisang yang terus tumbuh dan beranak-pinak, gagasan Kang Taufiq adalah benih kecil yang dapat tumbuh besar jika dijalankan dengan kolaborasi.
Di sela obrolan santai itu, Dr. Yusron menyampaikan ide untuk membentuk Kelompok Tani Kolosubo Desa Salam, yang anggotanya terdiri dari para warga Desa Salam yang memiliki pohon pisang. Kelompok ini nantinya diharapkan bisa menjadi motor penggerak ketahanan pangan, dimulai dari desa hingga tingkat kabupaten. Kang Taufiq menyambutnya dengan penuh semangat, dan bahkan bersedia untuk langsung memberikan pelatihan dasar tentang cara menanam dan merawat pisang dengan optimal.
Setelah diskusi tersebut, kedua tokoh itu melanjutkan obrolan lewat WhatsApp, menyusun rencana demi rencana untuk mewujudkan kampung pisang. Dalam beberapa hari, mereka merencanakan penyuluhan “Nabung Pisang” untuk mengedukasi warga tentang manfaat dan teknik penanaman pisang secara berkelompok. Rencananya, acara tersebut akan diselenggarakan di balai desa dan melibatkan pemuda-pemudi agar semangat bertani pisang dapat diwariskan lintas generasi.
Kang Taufiq dan Dr. Yusron yakin bahwa sinergi ini akan menghasilkan hasil yang nyata. Dengan dukungan pemerintah desa dan masyarakat, mereka berharap dalam setahun ke depan Desa Salam akan menjadi ikon Kampung Pisang terbesar di Magelang. Di masa depan, mereka berharap akan ada 17.000 pohon pisang yang tumbuh subur, memberikan dampak ekonomi yang besar bagi warga sekitar.
Di akhir pertemuan, Dr. Yusron, sambil tersenyum, mengingatkan Kang Taufiq tentang ayat dalam QS. Al-Fath: 29, yang menggambarkan pohon yang kuat dan berdiri tegak, menyenangkan hati penanamnya. Bagi mereka, pohon pisang adalah simbol kebersamaan dan ketahanan, yang dengan sinergi akan menjadikan Desa Salam sebagai pusat ketahanan pangan di Magelang.
Semangat ini mereka istilahkan sebagai “Ngopi bersama”—yang berarti “ngolah pikir” demi mencapai kemandirian pangan nusantara. (( Taufiq)