Jurnaljateng diynews.com Magelang – Jamaah Kopdariyah acara diskusi politik dari kacamata agama di markas Jamaah Kopdariyah, Joglo Kandang Lestari yang disediakan oleh Bpk H.Narto juga owner CV.Kandang Lestari, Babrik-Tempuran-Magelang, pada Sabtu (9/ 12/2023).
Adalah sebuah komunitas besar Lintas agama dan kepercayaan, Jamaah Kopdariyah menjadi wadah berkumpulnya para tokoh agama, masyarakat dan pemerintahan se-kedu dan Jogjakarta raya
Pada 9 Desember 2023 menjadi jadwal pertemuan bulanan jamaah Kopdariyah yang menghadirkan beberapa nara sumber pilihan sekaligus para lintas tokoh Agama antara lain: KH.Dr.Tantowi M.Ag (Dosen dan ketua Studi Pancasila UIN Sunan Kalijaga Jogja) selaku wakil tokoh Muslim, Pendeta Trio Santoso (Ketua BAMAG kota Magelang) perwakilan Kristen Protestan, Romo Antonius Dodit,Pr (Vikaris Episkopol eks Keresidenan Kedu) dari Katolik, Gede Mahardika (Ketua PHDI, Parisade Hindu Dharma Indonesia Magelang), Hadir pula KH.Ahmad Labib ketua FKUB juga KH. ujar Asrori.
Dalam Paparan para nara sumber menyampaikan Pandanganya, Bagaimana Agama mengatur umatnya dalam berpolitik, seperti yang disampaikan oleh Romo Dodit menerangkan umat Katolik perlu memaknainya bukan pada soal partainya apa, tetapi seseorang dicalonkan harus punya misi memajukan kehidupan bersama dan untuk kepentingan nasional bukan golongannya atau hanya agamanya .
Pendeta Trio menegaskan doktrin Kristen lebih spesifik pada memberi ruang umat berperan dalam politik namun dengan cara yang “cantik” tentunya dengan visi misi yang jelas untuk kesejahteraan rakyat.
Sedangkan Gede Mahardhika berpendapat bahwa dalam Hindu ada salah satu Dharma/Aturan yaitu Dharma Negara, umat hindu wajib mendukung berjalannya proses pemilihan dan mendukung siapa pun yang terpilih untuk memimpin Negara, dan pemimpin negara harus memahaminilmu weda(ilmu agama/kitab suci) jika tidak menjalankan pemerintahan sesuai dengan sikap ajaran agama maka pasti akan ditinggalkan umat, Umat Hindu tidak diperkenan menyalahgunakan suara misalnya dengan money politik karena dia harus bertanggung jawab kepada Tuhan atas pilihannya.
Kemudian Dr.KH.Tantowi M.Ag mengungkapkan pandangan politik menurut Islam, adalah sebagai upaya yang tujuannya sangat bagus dan mulia namun realita biasanya berbeda dengan yg idealnya, disinilah terjadi penyimpangan dalam praktik/realitanya, disinilah tantangan kita karena nilai nyata di lapangan sangat jauh dengan nilai nilai agama, sehingga Merujuk pada kitab Alahkamushulton karya Imam Al Mawardi, akhirnya para pemegang kekuasaan politik cenderung memiliki cara berpikir dan membuat kebijakan mengikuti nilai kemaslahatan saja yang isinya sesuai dengan nilai agama dan diterima akal sehat, karena pada kenyataannya politik sangat jauh dari nilai agama, maka pendidikan politik yang dilakukan para tokoh agamapun hanya bersifat arah hingga nilai ideal.
Meskipun tujuan politik itu sangat baik dan mulia namun faktanya ‘nyata’ politik ternyata sangat jauh, karenanya menjadi tantangan seluruh umat semua agama dalam menghadapi kehidupan politik.
Kecenderungan kalangan ‘menjadi agama’ orang yang menyatukan diri dengan nilai agama mereka tidak menjadi politisi, sebaliknya kaum politisi mayoritas diisi orang yang ‘beragama’ orang yang tidak terlalu menjadikan dirinya sesuai dengan nilai agama hanya sebagai pemilik agama.
Pertemuan Jamaah Kopdariyah di Joglo Kandang Lestari mencerminkan keragaman lintas agama dengan pandangan para tokoh agama tentang politik, dengan misi memajukan kehidupan bersama dan kepentingan nasional di atas golongan atau agama tertentu. (Gus – Mgl)