Jurnaljatengdiynews.com- Temanggung, Jawa Tengah — Ahad 03/08/28, Di sebuah desa sejuk di lereng Gunung Sumbing, tepatnya di RT 01 RW 02, Lingkungan Sendang, Kelurahan Walitelon Selatan, Temanggung, hidup seorang pendidik inspiratif yang tak hanya mengabdi untuk pendidikan formal, namun juga mengajarkan nilai-nilai hidup berkelanjutan dan mandiri.
Dialah ustadzah Diyah, seorang guru di sekolah inklusi yang sabar membimbing siswa-siswa berkebutuhan khusus setiap harinya. Namun peran pengabdiannya tak berhenti di ruang kelas. Di sela-sela waktu mengajarnya, ia tetap menyempatkan diri mendidik putra, putri, dan cucu-cucunya untuk beternak dan bercocok tanam di kebun mini miliknya yang asri dan tertata rapi di sekitar rumah.
Dari kebun kecilnya, ustadzah Diyah berhasil mempraktikkan filosofi “Your Food is Your Medicine” — Makananmu adalah obatmu”. Ia menyulap limbah rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit buah, cangkang telur, kulit bawang, dan LRT (Limbah Rumah Tangga) lainnya menjadi pakan alami untuk ternak ayam kampungnya. Puluhan ekor ayam yang ia rawat di kandang mini itu bertelur dengan kualitas sehat yang dimanfaatkan sebagai sumber gizi untuk keluarga, terutama anak dan cucu tercintanya.
Kegiatan beternak itu bukan sekadar hobi, tetapi bagian dari komitmennya untuk membangun kemandirian pangan dan memberi teladan nyata tentang pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang bernilai. “Dari kebun mini, bisa jadi ladang amal dan pendidikan,” ujarnya penuh keyakinan.
Tak hanya berhenti pada ayam, Ustadzah Diyah kini mulai melirik budidaya pisang sebagai bentuk tabungan jangka panjang. Ia telah memesan bibit unggul pisang kepok tanjung dan pisang mulyo dari koleganya di Kudus, dengan harapan bisa memanen buah segar sekaligus menanam harapan untuk masa depan cucu-cucunya.
Sosok ustadzah Diyah adalah potret nyata guru yang tak hanya mengajar lewat lisan, tapi juga lewat teladan. Di tengah dunia yang semakin sibuk dan individualistis, kehadirannya menjadi pengingat bahwa mendidik adalah tugas mulia yang bisa dimulai dari rumah, halaman, dan dari satu kebun kecil yang penuh cinta.
(Rochmad Taufiq)