Jurnaljatengdiynews.com- Kudus, 20 September 2025 — Sore itu selepas salat Asar, suasana di Purwosari terasa begitu hangat. Dari teras rumah keluarga besar Doktor Sukresna, terdengar alunan sholawat nabi yang menambah syahdu sore hari. Di tengah nuansa teduh itu, berlangsung sebuah pertemuan sederhana namun penuh makna.
Semuanya bermula dari sebuah telepon yang masuk ke ponsel Mas Taufiq, pegiat nabung pisang dan nabung ayam yang konsisten mengajak hijrah dari riba menuju kemandirian. Penelepon itu tak lain adalah Doktor Sukresna, pakar hukum kenamaan di Kudus sekaligus kolega di FKBN.
Meski dikenal sebagai ahli hukum, ternyata Doktor Sukresna diam-diam mengikuti setiap tulisan inspiratif yang dibagikan Mas Taufiq di grup FKBN. Tulisan ringan namun penuh hikmah itu kerap menyinggung solusi sederhana menuju keberkahan hidup—mulai dari menanam pisang hingga beternak ayam. “Menggelitik, bikin penasaran, dan selalu ada hikmah,” begitu pengakuannya.
Tak heran sore itu ia mengundang Mas Taufiq untuk hadir dalam agenda khasnya, “Gong Jinagong”: ngopi bareng sambil berdiskusi. Obrolan hangat ditemani teh, lantunan sholawat, dan canda ringan pun berlanjut ke hal lebih serius: bagaimana memanfaatkan lahan milik Doktor Sukresna yang selama ini terbengkalai, agar menjadi ladang tabungan akhirat.
*Materi Diskusi: Nabung di Bank-Nya Allah 🌿*🐓🍌
Mas Taufiq menyampaikan konsep nabung di bank Allah, sebuah perumpamaan sederhana namun dalam maknanya:
1. Buka Rekening
Niatkan setiap ayam, pisang, atau domba yang ditanam/diternak sebagai tabungan amal untuk masa depan dunia dan akhirat.
2. Catat Transaksi
Layaknya buku tabungan bank, semua perkembangan dicatat: berapa ayam jago, babon, jumlah telur, anakan, hingga jumlah tandan pisang.
3. Print Out Saldo
Setiap bulan dievaluasi. Pertumbuhan ternak dan tanaman menjadi semacam laporan rekening yang memotivasi untuk terus menabung amal produktif.
4. Setor Sedekah
Setiap kali panen, sebagian hasil disisihkan. Inilah setoran langsung ke Bank Akhirat. Allah menjanjikan pengganti yang jauh lebih baik.
*Dukungan untuk Yayasan dan Masjid*
Dalam diskusi yang juga dihadiri pengurus kelompok tani Persaudaraan Pati Raya yang tergabung sebagai pegiat sosial yatim dan masjid, muncul gagasan penting: bahwa program nabung pisang dan nabung ayam bukan hanya bermanfaat untuk kemandirian keluarga, tetapi juga bisa menopang operasional yayasan dan masjid.
Mendengar itu, Doktor Sukresna semakin semangat. Bahkan ia menyampaikan keinginan agar ada santri yatim yang tinggal di rumahnya, sekaligus membantu menjaga toko dan memelihara ayam di kebun miliknya.
*Selipan Humor ala Doktor Sukresna*
Di sela bincang-bincang, suasana semakin cair ketika Doktor Sukresna berkelakar sambil membagikan hasil “risetnya”. Dengan gaya khas seorang akademisi, ia berkata:
“Pokoknya kalau ada orang pinter bicara atau cerewet, pasti banyak kawannya dan awet muda!” ujarnya disambut tawa.
Humor sederhana itu menjadi penyegar di antara diskusi serius, menunjukkan bahwa seorang pakar hukum sekaligus dosen di UMK Kudus ini tak hanya piawai dalam teori, tetapi juga hangat dalam pergaulan.
Sore itu, teh hangat, lantunan sholawat, dan obrolan ringan di teras Purwosari menjadi saksi lahirnya semangat baru: menghidupkan kembali lahan yang lama terdiam untuk menjadi ladang amal produktif.
Dari pertemuan seorang pakar hukum dan seorang pegiat sosial, tercetus tekad bersama untuk menjadikan bertani dan beternak bukan sekadar mencari nafkah, melainkan juga tabungan di bank Allah.
(Rochmad Taufiq)