Jurnaljatendiynews.com. Wonosobo Di tlatah negeri Sabak, Wonosobo, di mana dua gunung megah, Sindoro dan Sumbing, berdiri berdampingan, tadabur alam menjadi pelarian yang menyegarkan jiwa bagi para penghuni kota yang ingin melepaskan diri dari kebisingan dan rutinitas. Seperti sedang berada di dunia yang berbeda, orang-orang kota yang datang ke sini mendapati diri mereka terpesona oleh keindahan dan kesejukan angin pegunungan yang memeluk lembah.
Di celah-celah lereng gunung kembar ini, pemandangan hamparan hijau dan kabut tipis yang menyelimuti puncak-puncak pepohonan mengundang para pengunjung untuk mendirikan tenda-tenda sederhana. Mereka membawa perlengkapan kemah, peralatan memasak portabel, serta bahan makanan seperti beras, bumbu, sayuran segar, dan buah-buahan. Di pagi hari yang tenang, para pencinta alam ini mulai menyiapkan sarapan di depan tenda, sambil mendengarkan alunan musik religi yang menyentuh hati. Kehadiran musik ini seakan mengiringi semesta yang sedang menunggu terbitnya sang Surya.
Saat matahari perlahan muncul dari balik punggung gunung, sinarnya menyusup lembut ke dalam kabut dan menerangi hamparan ladang serta pepohonan pinus di sekeliling. Warna jingga dan emas mewarnai langit, menciptakan pemandangan yang memukau, seolah-olah Tuhan sedang melukis kanvas alam yang maha indah. Di tengah keheningan, para tamu dari kota itu duduk tenang, merenung, mensyukuri kehidupan, serta menemukan kembali makna spiritualitas yang kerap terlupakan dalam kesibukan sehari-hari.
Tak hanya menawarkan ketenangan dan keindahan, tadabur alam di Sindoro-Sumbing juga membuka peluang bagi masyarakat sekitar untuk mengembangkan usaha yang berkelanjutan. Banyak warga lokal yang mulai menyediakan peralatan kemah, perlengkapan memasak, bahkan bahan makanan segar sebagai bagian dari paket wisata. Beberapa juga menjadi pemandu, membawa para pendatang menuju tempat-tempat tersembunyi seperti mata air jernih, gua, atau air terjun yang tersembunyi di antara pepohonan.
Dengan dukungan pengunjung yang terus berdatangan, usaha berbasis alam ini dapat terus berkembang tanpa merusak lingkungan. Para pecinta alam pun menyadari pentingnya menjaga kelestarian, dengan membawa pulang sampah dan meminimalisasi jejak yang mereka tinggalkan. Inilah potret keseimbangan antara menikmati keindahan alam dan menjaga keberlanjutannya, sebuah bentuk peribadatan tersendiri bagi mereka yang datang ke negeri Sabak Wonosobo, di bawah naungan agungnya Sindoro dan Sumbing.(Taufik untuk Jawa Tengah)