Jurnaljatengdiybews.com-Colo, Kudus – 6 April 2025
Tradisi dan spiritualitas menyatu dalam perayaan “1000 Ketupat” yang digelar di kawasan wisata religi Colo, lereng Gunung Muria, Kudus. Acara ini tidak hanya menyuguhkan kelezatan kuliner khas, tetapi juga menyuarakan falsafah ketupat sebagai simbol pembersihan diri dan penguatan ikatan sosial pasca-Ramadhan.
Hadir memeriahkan acara, crew Jenang Karomah Kudus yang dipimpin Hj. Masfuah. Dengan semangat khas Kota Kretek, mereka menyajikan jenang ketupat sebagai paduan unik antara rasa dan nilai budaya.
“Kami tertarik dengan perayaan ini karena kami pun memiliki produk jenang ketupat. Momen sakral seperti ini sangat tepat untuk memadukan tradisi dan promosi budaya lokal,” ungkap Hj. Masfuah. Ia juga menambahkan bahwa antusiasme masyarakat Colo dan sekitarnya begitu luar biasa, bahkan mampu menarik perhatian wisatawan mancanegara.
Taufik salah satu selaku peserta acara, menyampaikan dengan semangat,
“MasyaAllah… Karomah jenang bukan kaleng-kaleng! Bukan cuma 1000 mimpi, tapi 1000 ketupat yang dirayakan! Ini baru namanya ketupat goals—kenyang di perut, kenyang pula pahala.”
Dengan gaya jenaka, ia menambahkan,
“Semoga makin banyak ketupat, makin banyak berkah, dan makin dekat ke surga… lewat jalur kuliner syariah! Tapi hati-hati, jangan sampai ketupatnya masuk surga duluan, umatnya masih ngiler di bumi”.
Yang tak kalah menarik, acara ini juga dimeriahkan oleh sosok “Artis Ketupat” Via, seorang dokter dari Udinus, yang tampil mencolok dan penuh kejutan.
“Saya senang sekali bisa berbaur dengan warga Kudus dalam perayaan 1000 ketupat ini,” ujarnya penuh antusias.
Lebih dari sekadar pesta kuliner, acara ini menjadi wadah syukur, silaturahmi, dan pelestarian warisan budaya Nusantara. Karomah Jenang pun kembali menegaskan perannya, tak hanya sebagai usaha kuliner, tetapi juga sebagai agen budaya yang mengangkat kearifan lokal ke panggung yang lebih luas. (Rochmad Taufik)