Jurnaljatengdiynews.com- Selasa 23/09/25. Sore itu, semilir angin Wergu Wetan membawa aroma singkong ketan rebus dari kebun proklim milik Fuad, sang koordinator kebun. Di gubug sederhana yang menjadi pusat Kampus Literasi Alam Banana Garden Kudus, beberapa tokoh duduk melingkar, Dr. Carto, dosen UIN sekaligus pelopor pegiat sosial; Mr. Irfan, sahabat karibnya; dan Mr. Ayus, konsultan asal UGM sekaligus alumni Kagama.
Secangkir kopi hangat tersaji di meja kayu. Ngopi sore ini bukan sekadar temu kangen, melainkan ajang berbagi gagasan. Obrolan mereka menyinggung pertanian terintegrasi, nabung pisang, nabung ayam, hingga nabung domba—konsep sederhana yang telah lama menjadi bahan diskusi mereka. Namun, sebagaimana biasanya, percakapan pun merambat ke ranah spiritual.
“Kalau seorang psk profesional yang sukses di dunia kerja, kira-kira bisa masuk surga apa tidak?” tanya Dr. Carto dengan nada serius namun penuh keakraban.
Hening sejenak. Lalu Taufiq, yang ikut duduk di sudut gubug, tersenyum sambil menyeduh kopinya. Ia pun menuturkan sebuah kisah penuh hikmah
“Dulu, ada seorang wanita pelacur. Hidupnya bergelimang dosa, tapi suatu hari ia bertemu seorang saudagar kaya. Bukannya menghina, saudagar itu malah memberinya sedekah sambil berkata, ‘Ini bukan untuk membeli dosa, tapi semoga jadi jalan kebaikan bagimu dan anakmu.’
Wanita itu pun menggunakan sedekah itu untuk memberi makan anaknya, menyekolahkannya, dan berusaha menjauhkan si kecil dari dunia gelap yang ia jalani. Dengan doa dan air mata penyesalan, ia mendidik anak itu sebaik-baiknya.
Singkat cerita, anaknya tumbuh cerdas, berakhlak mulia, dan akhirnya menjadi seorang ulama besar. Orang-orang pun berkata: ‘Inilah buah dari sedekah yang ikhlas dan doa seorang ibu yang bertaubat.’”
Para hadirin terdiam. Hanya suara angsa dan domba embek aak aak yang terdengar, menyatu dengan aroma singkong ketan dan kopi hitam. Dr. Carto menatap teman-temannya, lalu berkata lirih,
“Kadang, jalan menuju surga bukanlah soal gelar atau profesi. Tapi tentang hati yang ikhlas, sedekah yang tulus, dan doa yang tak pernah putus.”
Sore itu, gubug kecil Banana Garden menjadi saksi sebuah uswatun hasanah—teladan kebaikan yang lahir dari secangkir kopi, sepotong singkong, dan kisah hikmah yang menembus hati, acara diskusi diakhiri dengan serah terima wakaf produktif untuk satu paket 5 ayam kampung babon dan pejantan ke banana garden untuk dikelola sebagai tabungan Akherat . (Rochmad Taufiq)