Jurnaljatengdiynews.com. Kudus- Pagi yang cerah menyambut kang Taufiq di Ladang Tertinggal, yang kini telah bertransformasi menjadi KUB Makmur An Nur. Sambil menghirup aroma kopi☕ dari gelasnya, kang Taufiq duduk di teras gubugnya yang terbuat dari kayu jati dan bambu Wulung dan dengan meja jadul tua miliknya. Dia merenungkan perjalanan panjang kebun KUB nya guna mencapai ketahanan pangan yang mereka impikan.
Setelah berhasil memperkenalkan tanaman baru yang revolusioner, kang Taufiq dan warga jamaah masjid an Nur serta beberapa warga sekitar bekerja keras mengembangkan teknik pertanian modern. Tanaman-tanaman yang ditanam tidak lagi hanya sekadar menyediakan makanan untuk jamaah mereka sendiri, tetapi juga menjadi sumber penghasilan bagi desa dan komunitas KUB. Mereka belajar bersama bagaimana menjaga keseimbangan ekosistem dan meningkatkan kesuburan tanah tanpa merusak lingkungan sekitar.
Hari ini, kang Taufiq mengundang Prof Dr. Ir Styaji, seorang ahli pertanian terkenal, untuk berkunjung ke desanya. Prof Dr. Styaji adalah tokoh sentral dalam upaya nasional untuk membangun ketahanan pangan. Diiringi oleh suara burung-burung yang riang, mereka duduk bersama di bawah pohon rindang di ladang kebun pisang kang Taufiq.
“Sudah lama sekali saya tidak melihat desa ini berkembang seperti sekarang, kang Taufiq,” ucap Prof Doktor Ir Styaji sambil menikmati secangkir kop☕i. “Kalian telah melakukan pekerjaan luar biasa dalam menghadapi tantangan dan mengubah visi menjadi kenyataan.”
Kang Taufiq tersenyum penuh kebanggaan. “Semuanya tidak mungkin terjadi tanpa dukungan dan inovasi dari seluruh kru jamaah KUB an Nur, termasuk anak-anak muda yang kembali ke ladang setelah belajar di kota.”
Prof doktor Ir Styaji mengangguk setuju. “Ini adalah contoh nyata dari bagaimana ketahanan pangan bisa dibangun dari bawah, dengan memanfaatkan potensi lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan.”
Sambil melihat sekeliling ladang kebun pisang yang hijau subur, kang Taufiq melanjutkan, “Kami masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi dan ketahanan kami, tetapi harapan dan semangat kami tidak pernah pudar.”
Di bawah sinar mentari yang hangat, mereka berdiskusi tentang rencana masa depan untuk memperluas program pertanian organik dan menjaga sumber daya air desa di sekitar kebun KUB an nur. Kedua pria itu sepakat bahwa pendidikan dan pelatihan tetap menjadi kunci untuk menjaga kesinambungan proyek ini.
Saat akhirnya Prof Dr. Ir Styaji berpamitan untuk kembali ke Jakarta, kang Taufiq mengucapkan terima kasih atas dukungannya. “Kami siap untuk terus bekerja keras, tidak hanya untuk hari ini tetapi juga untuk masa depan generasi mendatang.”
Saat mereka berpisah, kang Taufiq tersenyum. Kub an nur Banana Garden adalah bukti bahwa dengan tekad dan kolaborasi, setiap tantangan bisa diatasi. Di sana, di bawah langit biru Ladang Tertinggal yang telah berubah, harapan akan masa depan yang lebih cerah dan aman terus tumbuh bersama aroma kopi pagi yang menghangatkan hati mereka.
Semngat pagi ngopi
Khayalan ngopi ketahanan pangan akan terwujud di KUB an Nur Mlati kidul Kudus, (Rochmad taufiq untuk Indonesia)