Kisah dibalik nama ikan “asap” panggang
( Headline cerita fiksi pagi ini)
Di sebuah desa nelayan yang terletak di tepi pantai Teluk Awur , hiduplah seorang wanita yang bernama Endang Maeraroh. Wanita itu dikenal sebagai penjual ikan laut yang terampil dan ramah. Setiap pagi, Endang memulai hari dengan berlayar ke laut lepas, mencari ikan untuk dijual di pasar desa.
Meskipun dagangannya selalu laris dan menjadi incaran pembeli, ada sesuatu yang unik tentang ikan yang dijualnya. Ikan-ikan itu tidak terlalu besar, tetapi memiliki daging yang melimpah dan berkualitas. Wajah Endang sendiri pun memiliki ciri khas yang menarik perhatian banyak orang: pipinya yang tembem dan menggemaskan.
Setiap kali pembeli bertanya tentang jenis ikan yang dijualnya, Endang sering kali tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Senyumnya yang malu-malu kucing mengisyaratkan bahwa ia tidak begitu paham dengan spesies ikan yang ia jual. Lambat laun, para pembeli mulai bercanda bahwa ikan-ikan itu seharusnya dinamakan “panggang”, mengambil nama dari pipi Endang yang tembem dan mirip daging ikan yang ia jual.
Nama “panggang” kemudian melekat erat pada ikan dagangan Endang. Setiap kali para pembeli datang ke pasar, mereka dengan ceria memesan “panggang” dari Endang. Tak hanya itu, nama itu pun menyebar ke desa-desa tetangga sebagai sebuah candaan yang ramah dan menghibur.
Seiring berjalannya waktu, Endang tidak hanya menjadi terkenal karena kepiawaiannya dalam memilih dan menjual ikan, tetapi juga karena candaan tentang “panggang” yang mencerminkan keunikan dan kehangatan komunitas nelayan di desa itu. Ia menjadi simbol keceriaan dan keakraban di antara tetangga-tetangganya.
Meskipun mungkin Endang tidak pernah benar-benar tahu jenis ikan yang ia jual dengan nama “panggang”, kehadirannya dan cerita di balik nama itu menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai keunikan dan keaslian dalam setiap hal yang mereka lakukan.
( Eko angkasa mebel)
Lanjutkan part 2πβββππΌπ₯°