Jurnaljatengdiynews.com. Magelang. Sore itu, Ahad 19/10/25 , matahari perlahan turun di balik Gunung Sumbing desa Bandongan. Udara sejuk, suara jangkrik mulai terdengar, dan di tepi sungai yang gemericik jernih, berdirilah sebuah gubug bambu sederhana — *markas Agent’s Green Islam.
Komunitas ini terkenal bukan karena banyak anggotanya, tapi karena semangatnya yang selalu hijau dan islami. Dari yang dulu hobi nanem kacang sampai yang sekarang sibuk ngajarin cucu main congklak, semua punya satu visi, from passion to action! — dari cinta alam, jadi nyata menjaga alam.
Sore itu, suasananya bukan rapat serius.
Bunda Zuliyah, ketua bidang “Guyon dan Gembira Islami”, tiba-tiba berkata sambil nyeruput teh jahe,
“Kalau dulu, mainnya panjat pohon petai cina, makan mlanding pakai garam. Sekarang? Anak zaman now mainnya scroll TikTok sambil ngemil burger!”
Semua tertawa sampai hampir tumpah tehnya.
Bunda Aini menimpali,
“Betul, Dulu saya cari belalang sama capung di taman bunga Bandongan. Sekarang nyari sinyal aja susah, apalagi belalang!”
Tawa makin pecah. Di pojokan, Bu Trisni dengan gaya khasnya mengangkat tangan:
“Bunda-bunda, gimana kalau kita bikin event 3 jam tanpa HP dan fun game jadul? Main lompat tali, congklak, benthik, karet, sama makan singkong bareng!?”
Semua langsung bersorak,
“Setujuuuu!!!”
Rochmad yang sejak tadi diam sambil menatap langit tiba-tiba nyeletuk bijak,
“MasyaAllah… inilah passion yang jadi action! Menjaga kebersamaan, menghidupkan kenangan, dan menanam nilai kebaikan. Karena kebahagiaan sejati itu bukan dari scrolling, tapi feeling — merasakan kehangatan, kebersamaan, dan tawa yang tulus.”
Bunda Zuliyah nyeletuk cepat,
“Iya, feeling-nya itu lho pak, kayak umur 16 lagi, padahal KTP 61!”
Semua terbahak-bahak, sampai ayam di belakang gubug pun ikut berkokok kaget.
Akhirnya sore itu ditutup dengan janji:
Agent’s Green Islami akan bikin acara “Tiga Jam Tanpa HP, Seribu Tawa di Lereng Sumbing” ¢¢sekaligus tanam pohon dan makan mlanding bersama.
Mereka percaya, menjaga alam dan menebar bahagia bisa dimulai dari hal kecil — bahkan dari secangkir teh jahe, sepotong singkong, dan tawa bersama di bawah langit senja.
*Pesan moralnya*
Menjaga bumi bisa dimulai dari menjaga tawa. Karena hati yang gembira adalah pupuk terbaik bagi bumi dan jiwa. (Rochmad Taufiq – untuk Indonesia)