Jurnajatengdiynews.com-Kudus – Di balik penampilan rapi dan nyentrik seorang Doktor Carto, tersimpan kisah pendidikan karakter yang mendalam. Didikan ayahnya yang sederhana namun penuh makna, menjadi fondasi kuat dalam membentuk prinsip hidupnya hingga sukses mendidik putra-putrinya meraih prestasi gemilang.
Dalam sebuah perbincangan santai dengan Taufiq, pegiat pertanian pisang, di rumahnya sambil menikmati mi rebus buatan Mak Iyeh Coki, Doktor Carto mengenang masa kecilnya di perkampungan. Ayahnya, seorang petani, selalu tampil bersih dan rapi ke mana pun pergi. Bahkan ketika hendak ke sawah, ia berangkat dengan pakaian rapi, lalu berganti baju kerja di saung sawah. Saat pulang, baju kotor dicuci di sumur sawah, lalu kembali mengenakan pakaian bersih untuk sampai di rumah.
Pesan sang ayah yang paling membekas di hati Carto adalah,
“Nak, mau kamu makan di rumah hanya dengan garam, cabe, atau lauk apa pun, itu bukan masalah. Orang tidak akan melihat itu. Tapi begitu kamu keluar rumah dengan penampilan yang rapi dan bersih, siapapun orangnya akan menghargai kamu.”
Selain itu, ada satu petuah yang sangat dipegang teguh oleh Carto hingga hari ini, yaitu:”Nak, ojo mangan hak utawa hartane wong liyan.”
(Nak, jangan memakan hak atau harta orang lain).
Pesan ini, sederhana namun tegas, menjadi prinsip moral yang membentengi dirinya dari godaan mengambil sesuatu yang bukan haknya, dan menjadi pedoman dalam berinteraksi dengan sesama.
Nilai-nilai inilah yang dipegang teguh Carto sepanjang hidupnya. Tidak hanya soal penampilan dan integritas, tetapi juga tentang harga diri, disiplin, dan menghargai orang lain. Prinsip tersebut ia terapkan dalam mendidik putra-putrinya dengan disiplin, doa, dan kasih sayang. Hasilnya, anak-anaknya berhasil masuk ke AKPOL, AKMIL, AAL, dan kedokteran. Bahkan, tiga menantunya berprofesi sebagai dokter, serta anak angkatnya telah meraih gelar Profesor, Doktor, Ong Argo Vicktor, SH., MH.
“Keteladanan orangtua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Kalau orangtua konsisten memberi contoh baik, InsyaAllah anak-anak akan meneladaninya,” ujar Doktor Carto.
Kisah ini menjadi inspirasi bahwa pendidikan karakter tidak hanya diajarkan di sekolah, tetapi terutama melalui teladan nyata di rumah. Dari kebiasaan sederhana seorang petani, lahirlah generasi yang disiplin, berprestasi, dan mampu memberi manfaat bagi bangsa. (Rochmad Taufiq)