Jurnaljatengdiynews.com- Salam, Magelang — Dalam suasana yang hangat dan sederhana, secangkir kopi, teh hangat, serta suguhan singkong ketan khas Salam Magelang menjadi saksi obrolan inspiratif antara generasi muda visioner dan pegiat pertanian.
Berawal dari janji temu antara Mas Ihsan—mahasiswa cerdas dari Fakultas Ekonomi, Jurusan Bisnis Digital Undip—dengan Mas Taufiq, pegiat pertanian pisang dari Kudus, obrolan ini menjelma menjadi titik temu antara semangat inovasi dan kekuatan akar rumput. Mas Ihsan, anak sulung dari tiga bersaudara yang telah kehilangan ayahnya, dikenal sejak SMA sebagai anak yang rajin dan ulet berdagang. Kini bersama Mas Amir, aktivis kampus yang sedang menempuh studi S2 di Undip, ia membentuk kolaborasi solid yang menyatukan ilmu, pengalaman, dan keberanian berwirausaha.
Gayung bersambut ketika Mas Ihsan mendapat order ekspor daun pisang sebanyak 250 kg dari seorang kolega eksportir di Jakarta. Usaha mencari pasokan pun dilakukan ke berbagai daerah, termasuk Klaten, namun belum membuahkan hasil. Hingga akhirnya, lewat jejaring dan informasi dari Mas Amir, mereka berhasil terhubung dengan Mas Taufiq melalui WhatsApp—dan sepakat bertemu di perbatasan Salam, Magelang-Sleman.
Pagi itu, di sebuah warung kopi sederhana, diskusi bergulir hangat. Tak hanya soal teknis pasokan daun pisang berkualitas, namun juga semangat organisasi, karena keduanya ternyata aktivis HMI lintas generasi—Mas Ihsan dari Komisariat Undip dan Mas Taufiq dari HMI era 90-an Salatiga.
Diskusi berlanjut sore harinya di rumah Dr. Yusron Masduki, dosen UAD sekaligus tokoh petani pisang dari Salam. Meski hujan mengguyur, semangat tak surut. Pertemuan yang semula dijadwalkan pukul 15.00 akhirnya berlangsung pukul 17.30 dengan penuh kekeluargaan. Mas Taufiq dan Dr. Yusron menceritakan inisiatif pengembangan pisang kepok tanjung yang telah dimulai lima bulan sebelumnya, melalui gerakan nabung pisang yang digulirkan kepada PCM Muhammadiyah Salam.
Sebanyak 832 bibit pisang telah ditanam di 37 desa di wilayah Magelang oleh hampir seratus petani. Kini, tanaman-tanaman itu tumbuh subur, bahkan sebagian sudah mulai bertunas. Pertemuan juga dihadiri tim teknis budidaya pisang PCM Muhammadiyah Salam Sukis dan sahabat ahli bekam, memperkaya diskusi yang berkembang hingga larut malam.
Topik besar malam itu adalah pembangunan ekosistem pertanian terpadu berkelanjutan. Semangat membara, sebab sebelum buahnya dipanen, kini daunnya sudah mendatangkan berkah.
Sebuah momen sederhana yang penuh nilai—tentang kolaborasi lintas usia, ketekunan dalam merintis, serta tekad membangun ekonomi dari desa untuk dunia.
Singkong ketan mengikat lidah, tekad mereka mengikat perubahan. Rochmad Taufik